Rekayasa Kebutuhan di Era Ekosistem Perangkat Lunak -- Kebutuhan Kolaboratif, Kompleksitas Kolektif
Di tengah lanskap teknologi yang semakin terhubung dan terbuka, perangkat lunak tidak lagi berdiri sendiri. Kita tidak lagi hanya membangun sistem tunggal, melainkan membangun ekosistem---sekumpulan aplikasi, layanan, dan platform yang saling tergantung dan saling memengaruhi. Dalam konteks ini, rekayasa kebutuhan perangkat lunak (Requirements Engineering atau RE) juga harus berevolusi. Artikel karya Vegendla dkk. menjadi tonggak penting untuk memahami bagaimana RE bertransformasi dalam ranah Software Ecosystems (SECOs).
Artikel ini merupakan studi pemetaan sistematis yang mengkaji 105 publikasi antara tahun 2009 hingga 2017. Penulis mencoba menjawab pertanyaan penting: bagaimana praktik RE dijalankan dalam SECOs, topik apa yang dominan, teknik apa yang digunakan, dan di mana celah penelitian masih terbuka. Sebagai seorang praktisi RPL, saya melihat artikel ini sangat tepat waktu dan relevan, karena banyak organisasi saat ini justru tidak menyadari bahwa mereka sedang membangun atau berkontribusi dalam ekosistem perangkat lunak.
Kebutuhan yang Tidak Lagi Tunggal
Salah satu poin utama yang diangkat dalam artikel ini adalah bahwa dalam SECOs, kebutuhan perangkat lunak tidak hanya datang dari satu pihak (pengembang utama), melainkan berasal dari berbagai aktor: pengembang eksternal, pengguna akhir, mitra bisnis, bahkan kompetitor. Hal ini menciptakan dinamika baru dalam RE---dimana kebutuhan sering kali bertentangan, berubah dengan cepat, atau bersifat tidak eksplisit.
Sebagai contoh, dalam sebuah platform aplikasi mobile seperti Android, Google sebagai pemilik platform memiliki kebutuhan fungsional dan kualitas tertentu. Namun para pengembang aplikasi pihak ketiga yang tergabung dalam ekosistem juga memiliki kebutuhan agar API stabil, dokumentasi jelas, atau sistem monetisasi adil. Di sinilah kompleksitas muncul. Artikel ini menjelaskan bahwa peran stakeholder menjadi lebih variatif dan praktik tradisional dalam RE---seperti wawancara atau user story sederhana---tidak cukup untuk menjawab kebutuhan kolaboratif ini.
Kolaborasi Jadi Kunci
Artikel ini menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi lintas-organisasi dalam proses RE di SECOs. Ini berarti peran pemimpin teknis, manajer produk, dan analis kebutuhan harus meluas ke ranah diplomasi teknis. Mereka harus mampu menjembatani kebutuhan dari aktor-aktor yang tidak berada dalam satu entitas organisasi.
Dari sudut pandang saya, ini menjadi tantangan baru yang menuntut soft skills yang kuat, bukan hanya kemampuan teknis. Ini juga menunjukkan bahwa peran RE menjadi lebih strategis---bukan sekadar mengumpulkan dan mendokumentasikan kebutuhan, tetapi juga menyelaraskan visi, kepentingan, dan ekspektasi berbagai pihak.
Kurangnya Alat dan Praktik Standar