Mohon tunggu...
Ahmad Dimyati Ridwan
Ahmad Dimyati Ridwan Mohon Tunggu... Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Kajian Sastra Tetap Relevan di Era Digital yang Serba Praktis

15 Juli 2025   08:23 Diperbarui: 15 Juli 2025   08:23 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kajian Sastra, Sumber: https://images.app.goo.gl/9sPDdG921jNtoxh88

Di tengah derasnya arus teknologi dan dominasi konten instan, sastra mungkin tampak seperti warisan masa lalu yang mulai kehilangan tempatnya. Namun, kajian sastra justru menawarkan sesuatu yang tak bisa digantikan algoritma, yaitu kedalaman makna, kepekaan terhadap realitas, dan kemampuan membaca manusia secara utuh. Sastra bukan sekadar hiburan atau karya estetis belaka, melainkan refleksi kompleks kehidupan, identitas budaya, dan dinamika sosial.

Relevansi kajian sastra di era digital terletak pada kemampuannya untuk merawat empati. Dalam masyarakat yang serba cepat dan cenderung individualistik, sastra mengajak pembacanya berhenti sejenak, menengok ke dalam, dan memahami dunia dari sudut pandang orang lain. Ini adalah bentuk literasi emosional yang tidak ditawarkan oleh data, grafik, atau cuplikan berita.

Kajian sastra juga berperan sebagai ruang dialektika yang memelihara keragaman tafsir. Setiap teks membuka kemungkinan makna yang tak tunggal. Di sinilah nilai kebaruan muncul, pendekatan interdisipliner dalam studi sastra, dari psikoanalisis, ekofeminisme, hingga postkolonialisme membuka pintu bagi pembacaan baru yang lebih kontekstual dan kritis. Sastra tidak hanya ditafsirkan, tetapi juga ditantang.

Selain itu, sastra adalah cermin kekuasaan. Melalui karya fiksi, kita dapat membedah ideologi yang tersembunyi, menggugat narasi dominan, bahkan melawan penindasan. Di sinilah kajian sastra menjadi ruang perlawanan yang halus namun kuat. Dalam konteks ini, membaca dan mengkaji sastra bukan kegiatan pasif, tetapi tindakan intelektual yang berdampak.

Dengan demikian, di saat dunia menuntut efisiensi dan kecepatan, kajian sastra justru menjadi oase. Ia mengajarkan kita untuk memahami sebelum menghakimi, merasakan sebelum menyimpulkan. Maka, justru di era digital inilah, sastra dan kajiannya menjadi semakin penting, bukan sebaliknya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun