Mohon tunggu...
Ahmad abrori
Ahmad abrori Mohon Tunggu... Jasa marketing online -

Semangat dan sukses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Lebih Jauh Pengumpulan Data dan Sistem Input-Output

23 April 2016   21:01 Diperbarui: 23 April 2016   21:17 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pengumpulan data dari input ke output"][/caption] Beberapa instrumen pengumpulan data meliputi alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam sebuah kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sangat sistematis dan mempermudahnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan di sini diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan penelitian. Jawaban itu harus dilakukan uji secara empiris, dan bentuk inilah yang dibutuhkan dalam pengumpulan data. Adanya data yang ditentukan oleh variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah data didapatkan  maka sampel itu sendiri terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran utama penelitian.

Ada sebuah adagium lama dalam pengolahan data berbunyi: masuk sampah keluar sampah (garbage in garbage out, GIGO), yang artinya bahwa output suatu sistem komputer tidak akan dapat lebih baik tinimbang inputnya. Yang dimaksud dengan “sampah” di sini adalah data yang menyesatkan, tidak wajar, tidak relevan, tidak keliru, yang apabila diinputkan ke dalam sistem komputer maka input yang dihasilkannya juga menyesatkan, tidak wajar, tidak relevan, dan tidak keliru. Dalam realitanya, ada kemungkinan terbesar bagi terjadinya galat di dalam sistem komputer adalah pada penghimpun data disebabkan kegiatan penginputan-yang mengkonversikan data ke dalam bentuk yang dibaca mesin-yang sampai batas tertentu adalah pengoperasian yang manual. Pada organisasi yang besar, transaksi harus diolah melewati 30 langkah sebelum masuk ke dalam komputer sebagai input, sehingga semakin memungkinkan terjadinya galat.

Lebih dari 90% galat dalam pemrosesan data terjadi pada penginputan data. Sebagian besar kekeliruan tipografis adalah dalam bentuk transposisi data, galat klerikal seperti pada salah baca, atau kehilangan data transposisi. Pada proses pengolahan data yang rumit, salah menempatkan data transaksi, paling sedikit secara temporer, masih merupakan masalah mudah, khususnya apabila transaksi yang berlangsung hanyalah merupakan koreksi atas galat sebelumnya, sehingga karenanya menjadi arus utama (mainstream) bagi transaksi lainnya. Oleh karena itu, akan sangat bijaksana apabila kelompok pengolah data melakukan pengendalian yang cermat atas penginputan data. Biasanya hal ini dilakukan oleh bagian pengendali data I/O yang terpisah, dengan tugasnya adalah mengamati prosedur penyiapan data dan melakukan koreksi atas galat.

Berbagai tekhnologi yang berbeda kini telah tersedia untuk input dan output data, dan beberapa organisasi menggunakan tekhnologi ini secara serempak. Meningkatnya kemungkinan galat tak-terdeteksi umumnya disebabkan meningkatnya kerumitan keseluruhan sistem informasi. Data dapat dimaksudkan ke dalam komputer, baik secara langsung maupun secara jauh. Pada kasus yang terakhir ini, dikenal dengan nama pemasukan data jarak jauh (remote entry), yang mana fasilitas komunikasi yang diperlukan untuk memindahkan data ke pusat komputer. Lewat penginputan jarak jauh akan dapat dimasukkan data per-transaksi atau memasukkan seluruh batch data transaksi dalam satu waktu. Untuk itu, sistem batch memerlukan piranti khusus yang berkecepatan tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun