Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik: Inspirasi Keseimbangan Kognitif, Afektif, dan Spiritual dalam Pembelajaran

4 April 2025   18:41 Diperbarui: 4 April 2025   21:16 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mudik: Inspirasi Keseimbangan Kognitif, Afektif, dan Spiritual dalam Pembelajaran

Oleh: A. Rusdiana

Mudik adalah tradisi tahunan yang sarat makna bagi masyarakat Indonesia. Selain sebagai momen berkumpulnya keluarga, mudik juga mencerminkan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Dalam konteks pendidikan, keseimbangan ini dapat diadaptasi untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih holistik. Terlebih, dalam Kurikulum Merdeka, penekanan pada pengembangan karakter dan pembelajaran berbasis pengalaman semakin ditekankan untuk membentuk generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Mudik mengajarkan tiga aspek utama dalam pembelajaran: kognitif, afektif, dan spiritual. Kognitif mencakup pengalaman dalam mengatur perjalanan dan pengambilan keputusan selama perjalanan. Afektif terwujud dalam interaksi sosial dan emosional selama bertemu keluarga. Sementara spiritual berhubungan dengan refleksi diri dan penguatan nilai-nilai keagamaan selama perjalanan. Meskipun keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan spiritual penting dalam pendidikan, sistem pembelajaran di Indonesia masih cenderung fokus pada aspek kognitif saja. Pembelajaran sering kali berorientasi pada hasil akademik tanpa memperhatikan perkembangan sosial dan emosional siswa. Di sisi lain, kebijakan SEB tiga menteri untuk Pembelajaran Ramadan 2025 (21 Maret - 8 April 2025) membuka peluang untuk menyelaraskan pendidikan dengan nilai-nilai ibadah guna membentuk generasi yang lebih seimbang. Untuk hal itu, mari kita elaborasi satu-persatu:

Pertama: Menyisipkan Nilai-Nilai Spiritual dalam Setiap Mata Pelajaran; Implementasi nilai spiritual dalam pembelajaran tidak terbatas pada pendidikan agama saja. Setiap mata pelajaran dapat mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran dalam matematika (melalui konsep akurasi), kesabaran dalam sains (melalui proses eksperimen), dan kerja sama dalam studi sosial. Dengan mengadopsi pendekatan ini, siswa akan lebih memahami bahwa ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual dapat berjalan beriringan.

Kedua: Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Emosional melalui Mentoring dan Coaching; Seperti mudik yang memperkuat hubungan keluarga dan sosial, sekolah dapat menerapkan program mentoring atau coaching untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Program ini dapat dilakukan dengan membentuk kelompok belajar atau diskusi yang difasilitasi oleh guru atau senior, sehingga siswa dapat saling berbagi pengalaman dan mendukung perkembangan satu sama lain.

Ketiga: Memanfaatkan Metode Pembelajaran Berbasis Narasi untuk Menyampaikan Nilai-Nilai Kehidupan; Salah satu cara efektif untuk menanamkan keseimbangan kognitif, afektif, dan spiritual adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis narasi. Melalui cerita, siswa dapat memahami konsep secara lebih mendalam dan emosional. Sebagai contoh, dalam pelajaran sejarah, kisah-kisah perjuangan pahlawan tidak hanya diajarkan dari sisi fakta, tetapi juga dari perspektif moral dan spiritual yang dapat menjadi inspirasi bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Mudik mengajarkan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan spiritual, yang dapat diadaptasi dalam Kurikulum Merdeka guna membangun generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Implementasi nilai spiritual dalam mata pelajaran, pengembangan keterampilan sosial melalui mentoring, serta penggunaan pembelajaran berbasis narasi merupakan langkah konkret yang dapat diterapkan dalam sistem pendidikan. Dengan ini, merekomendasikan kepada: 1) Para Guru diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan sosial dalam pembelajaran agar siswa berkembang secara holistik; 2) Sekolah perlu menerapkan program mentoring dan coaching guna meningkatkan keterampilan sosial dan emosional siswa; 3) Pemangku kepentingan pendidikan diharapkan dapat mendukung kebijakan yang menyelaraskan ibadah dan pendidikan, terutama dalam momentum Ramadan, guna menciptakan sistem pendidikan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.

Dengan menerapkan konsep pembelajaran yang diilhami dari nilai-nilai mudik, pendidikan di Indonesia dapat lebih sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045: menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Wallahu A'lam:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun