Wilayah Priangan bagian tengah dipilih pertama kali menjadi perkebunan teh karena udara sejuk nyaman dengan topografi pegunungan pada ketinggian 500 sampai 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) sangat cocok untuk habitat tanaman teh ini.
Keberhasilan penanaman percobaan dalam skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di kaki Gunung Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacob Izaac Levy Jacobson untuk meletakkan landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.
Sejak tahun 1833 Jacob Izaac Levy Jacobson yang sudah menjadi Inspektur Bidang Tanaman Teh, mengembangkan tanaman teh lebih luas lagi di beberapa daerah lain di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Hingga pada akhirnya hasil teh dari Wanayasa, West Jawa, Hindia Belanda gelombang pertama, mulai diangkut ke negeri Belanda sebanyak 200 peti yang dipasok oleh Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM, Perusahaan Dagang Belanda) dengan kapal layar tiang tinggi berjenis fregat (frigate) milik Belanda, "Algiers" dan untuk pertama kalinya diikutsertakan dalam pelelangan teh di Brakke Grond, Amsterdam pada tanggal 19 November 1835. Teh dari Jawa ini merupakan teh pertama di luar Cina yang masuk pasar Eropa. Teh disiapkan dengan cara Cina dan terdiri dari sejumlah kecil Boey, Kongo, Kempoey, Souchon, Tienchon, Pecco, Tonkay, HysantSchin, Hysant, Uxim, Joosjes dan Soulang. Lima jenis pertama adalah teh hitam, teh Pecco abu-abu, dan jenis lainnya adalah teh hijau. Semenjak itulah, teh Indonesia mulai dikenal bangsa-bangsa di dunia dan mengharumkan nama Nusantara karena rasanya yang unik dan khas.
Pada bulan Desember 1835, 30 peti lainnya dikirim oleh fregat "Admiraal de Ruiter"; pada tahun 1836 58 peti dan 4 bus dan pada tahun 1837 dengan bagian bawah fregat "Jeannette Philippine" 122 peti.
Pada tanggal 11 Oktober 1838 di Batavia Jacob Izaac Levy Jacobson mengganti nama depan Yahudinya Jacob Izaac Levy menjadi nama baptis Kristen Katholik Jacobus Isidorus Lodewijk, sehingga nama lengkapnya adalah Jacobus Isidorus Loudewijk  Levien Jacobson. Dia kemudian menerbitkan buku sebagai J.I.L.L. Jacobson dan karena itu mengaburkan nama keluarga pertamanya Levien.
Jacobson yang menyelesaikan karyanya tentang Wanayasa pada tahun 1840, saat itu mulai menulis manual yang digunakan sebagai kitab standar selama beberapa dekade mendatang. Jacobson yang masih menjadi Inspektur budidaya teh, diangkat menjadi Knight of the Order of the Dutch Lion (Ksatria Ordo Singa Belanda). Pada tahun 1848 ia kembali ke Belanda.