Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Perilaku Tidak Mendengarkan Perkataan Orang Lain dalam Meningkatkan Talenta Muda Menghadapi Era Bonus Demografi 2030

27 Mei 2024   20:12 Diperbarui: 27 Mei 2024   20:28 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Quora, trsedia dalam id.quora.com

Mengatasi Perilaku Tidak Mendengarkan Perkataan Orang Lain dalam Meningkatkan Talenta Muda Menghadapi Era Bonus Demografi 2030

Oleh: Ahmad Rusdiana

Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Era ini merupakan peluang emas bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun, untuk memaksimalkan potensi ini, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama di kalangan talenta muda.

Salah satu tantangan dalam mengembangkan talenta muda adalah perilaku toxic yang dapat menghambat kolaborasi dan inovasi. Salah satu perilaku toxic yang sering dijumpai adalah tidak pernah mendengarkan orang lain. Berdasarkan pandangan Neal Stephanie (1992), perilaku ini menunjukkan ketidakmauan untuk mendengarkan pendapat atau perasaan orang lain. 

Artikel ini akan mengelaborasi tiga ciri utama perilaku tidak mendengarkan, serta bagaimana mengatasi perilaku tersebut untuk mempersiapkan talenta muda menghadapi era bonus demografi. Yu kita breakdown, satu persatu: 


Pertama: Dominasi dalam Komunikasi Individu yang tidak pernah mendengarkan orang lain cenderung mendominasi percakapan. Mereka sering kali berbicara tanpa memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat atau ide. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi di kalangan rekan kerja atau tim, karena kontribusi mereka tidak dihargai. 

Dalam konteks pengembangan talenta muda, dominasi dalam komunikasi dapat menghambat pembelajaran kolaboratif dan inovasi. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan kepada talenta muda keterampilan komunikasi yang efektif, termasuk cara mendengarkan secara aktif dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbicara.

Kedua: Kurangnya Empati Kurangnya empati adalah ciri lain dari perilaku tidak mendengarkan. Individu yang tidak mendengarkan sering kali tidak peduli dengan perasaan atau kebutuhan orang lain. Mereka cenderung mengabaikan isyarat emosional dan tidak berusaha memahami perspektif orang lain. 

Untuk mengatasi hal ini, pelatihan empati dan pengembangan kecerdasan emosional perlu menjadi bagian integral dari program pengembangan talenta muda. Dengan meningkatkan empati, talenta muda akan lebih mampu bekerja dalam tim dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif.

Ketiga: Penolakan terhadap Umpan Balik Individu yang tidak mendengarkan sering kali menolak menerima umpan balik, baik positif maupun konstruktif. Mereka merasa pendapat mereka adalah yang paling benar dan tidak terbuka terhadap saran perbaikan. Dalam konteks pengembangan talenta muda, penolakan terhadap umpan balik dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan profesional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun