Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahaya Tersembunyi di Balik Kelezatan Sushi: Dampak Konsumsi Berlebihan

12 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   10:00 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/AestheticFoodIdeas

Sushi telah lama dikenal sebagai salah satu makanan khas Jepang yang mendunia. Dengan kombinasi nasi yang pulen, ikan segar, dan pelengkap seperti kecap asin, wasabi, serta acar jahe, makanan ini menjadi favorit banyak orang. Selain rasanya yang lezat, sushi juga sering dianggap sebagai makanan sehat karena kaya akan nutrisi, seperti protein dari ikan, vitamin dari sayuran, dan karbohidrat dari nasi.

Namun, di balik popularitas dan kandungan gizinya, konsumsi sushi, khususnya yang menggunakan ikan mentah, kerap menjadi sorotan. Proses penyajian ikan mentah yang langsung dikonsumsi tanpa dimasak memunculkan kekhawatiran akan potensi gangguan kesehatan. Terlebih, jika sushi dikonsumsi terlalu sering, risiko ini dapat meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai dampak negatif yang mungkin timbul dari kebiasaan mengonsumsi sushi secara berlebihan.

Lantas, apa saja bahaya yang bisa mengintai dari konsumsi sushi secara terus-menerus? Mari kita telusuri lebih jauh.

Risiko Keracunan Merkuri dan Zat Lainnya

Salah satu risiko kesehatan utama dari konsumsi sushi adalah paparan merkuri, terutama dari jenis ikan tertentu yang sering digunakan sebagai bahan utama sushi. Ikan besar seperti tuna, swordfish (ikan pedang), dan mackerel (ikan tenggiri) merupakan predator di puncak rantai makanan laut. Sebagai akibat dari polusi laut, ikan-ikan ini cenderung mengakumulasi merkuri dalam jaringan tubuh mereka melalui proses yang dikenal sebagai bioakumulasi.

Merkuri adalah logam berat berbahaya yang tidak mudah dikeluarkan dari tubuh manusia. Ketika seseorang mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri, logam ini dapat menumpuk dalam tubuh, terutama jika konsumsi dilakukan dalam jumlah besar atau sering. Akumulasi merkuri dalam tubuh dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama pada sistem saraf pusat. Gejala yang mungkin timbul akibat keracunan merkuri meliputi:

  • Gangguan Kognitif: Seperti kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan, atau penurunan kemampuan belajar.
  • Neuropati Perifer: Ditandai dengan sensasi kesemutan atau mati rasa pada tangan dan kaki.
  • Masalah Perkembangan pada Anak: Pada ibu hamil, paparan merkuri dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf janin, yang berpotensi menyebabkan gangguan tumbuh kembang.

Selain itu, merkuri juga dapat merusak ginjal dan mengganggu fungsi organ lainnya. Oleh karena itu, meskipun sushi mengandung banyak manfaat gizi, penting untuk membatasi konsumsi ikan yang diketahui memiliki kadar merkuri tinggi. Sebagai langkah pencegahan, konsumen dapat memilih jenis ikan lain yang lebih rendah kandungan merkurinya, seperti salmon, udang, atau scallop.

Rendahnya Serat dan Tingginya Karbohidrat Olahan

Nasi putih yang digunakan sebagai bahan utama dalam sushi adalah karbohidrat olahan, yang telah mengalami proses penghilangan serat, vitamin, dan mineral selama pemrosesan. Meskipun nasi putih memberikan tekstur yang lembut dan rasa yang netral, konsumsi berlebih dapat berdampak negatif pada kesehatan. Berikut penjelasan mengenai risiko yang ditimbulkan:

1. Rendah Serat

Serat berperan penting dalam menjaga kesehatan pencernaan, mengontrol kadar gula darah, dan memberikan rasa kenyang lebih lama. Karena nasi putih rendah serat, konsumsi dalam jumlah besar dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat. Hal ini memaksa pankreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2.

2. Meningkatkan Risiko Peradangan

Karbohidrat olahan cenderung memiliki indeks glikemik yang tinggi, sehingga dapat memicu lonjakan kadar gula darah dan pelepasan insulin yang berlebihan. Proses ini dapat menyebabkan stres oksidatif dan peradangan kronis, yang merupakan faktor risiko utama berbagai penyakit, seperti penyakit autoimun, artritis, dan gangguan metabolik.

3. Risiko Penyakit Jantung

Konsumsi berlebihan nasi putih sebagai sumber utama karbohidrat dapat berkontribusi pada peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol LDL (kolesterol "jahat"). Kedua faktor ini dapat menyebabkan penumpukan plak pada dinding pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko aterosklerosis, serangan jantung, dan stroke.

4. Kenaikan Berat Badan

Karena nasi putih rendah serat, makanan ini mudah dicerna dan cenderung menyebabkan rasa lapar lebih cepat. Jika dikonsumsi berlebihan, terutama dalam bentuk sushi roll yang juga mengandung tambahan bahan tinggi kalori seperti saus mayo atau tempura, risiko kelebihan kalori dan kenaikan berat badan menjadi lebih besar.

Untuk mengurangi dampak negatif ini, Anda dapat mengganti nasi putih dengan alternatif yang lebih sehat, seperti nasi merah atau quinoa, yang kaya akan serat dan memiliki indeks glikemik lebih rendah. Alternatif lainnya adalah memilih sushi yang lebih sederhana, seperti sashimi, yang tidak mengandung nasi, untuk menikmati manfaat ikan tanpa risiko dari karbohidrat olahan.

Kandungan Garam yang Tinggi

Selain nasi putih, sushi sering disajikan dengan kecap asin sebagai pelengkap. Meskipun menambah cita rasa, kecap asin memiliki kandungan natrium yang sangat tinggi. Satu sendok makan kecap asin saja bisa mengandung lebih dari 1.000 miligram natrium, yang hampir setengah dari asupan harian yang direkomendasikan (2.300 miligram menurut WHO). Konsumsi berlebihan natrium dapat membawa berbagai risiko kesehatan, seperti berikut:

1. Meningkatkan Tekanan Darah (Hipertensi)

Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan retensi cairan dalam tubuh, yang meningkatkan volume darah. Hal ini memberi tekanan lebih pada pembuluh darah dan jantung, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke.

2. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Kelebihan natrium dapat merusak dinding pembuluh darah dari waktu ke waktu, menyebabkan peradangan dan pengerasan arteri (aterosklerosis). Kombinasi hipertensi dan kerusakan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung.

3. Meningkatkan Risiko Kanker

Penelitian menunjukkan bahwa asupan garam berlebih, terutama dari makanan yang sangat asin seperti kecap asin, dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker lambung. Garam berlebih diyakini dapat merusak lapisan lambung, memicu peradangan kronis, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri penyebab kanker seperti Helicobacter pylori.

4. Gangguan Fungsi Ginjal

Asupan natrium yang berlebihan juga membebani ginjal, karena organ ini bertugas untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Jika ginjal terus-menerus bekerja keras untuk mengeluarkan natrium yang berlebih, hal ini dapat meningkatkan risiko gagal ginjal atau batu ginjal.

5. Risiko Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit

Kecap asin dapat menyebabkan dehidrasi karena kandungan natrium yang tinggi menarik air keluar dari sel-sel tubuh. Hal ini dapat menyebabkan rasa haus berlebih dan, dalam kasus ekstrem, ketidakseimbangan elektrolit yang mengganggu fungsi tubuh.

Untuk mengurangi dampak negatif ini, Anda dapat mencoba langkah-langkah berikut:

  • Menggunakan kecap asin rendah natrium atau mengurangi jumlah kecap asin yang dikonsumsi.
  • Mengganti kecap asin dengan perasan jeruk lemon atau jeruk nipis sebagai alternatif perasa.
  • Meminimalkan konsumsi sushi dengan tambahan saus asin atau makanan pendamping lain yang tinggi garam.

Pendekatan ini dapat membantu menjaga keseimbangan natrium dalam tubuh tanpa harus mengorbankan kenikmatan saat menyantap sushi.

Risiko Kontaminasi Bakteri dan Parasit

Ikan mentah yang digunakan dalam sushi, meskipun dikenal karena kesegarannya, memiliki risiko kesehatan karena potensi kontaminasi bakteri dan parasit. Proses penyajian ikan tanpa dimasak membuat mikroorganisme berbahaya yang mungkin ada dalam ikan mentah tetap aktif dan dapat menimbulkan berbagai penyakit bawaan makanan. Berikut adalah penjelasannya:

1. Kontaminasi Bakteri: Salmonella

Salmonella adalah salah satu bakteri yang dapat mengontaminasi ikan mentah, terutama jika ikan tidak ditangani atau disimpan dengan benar. Konsumsi ikan yang terkontaminasi dapat menyebabkan:

  • Gejala Gastrointestinal, seperti diare, mual, muntah, kram perut, dan demam.
  • Infeksi Sistemik, yang lebih serius pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak-anak, lansia, atau orang dengan kondisi medis tertentu.

Salmonella biasanya berasal dari lingkungan penangkapan ikan yang tercemar, seperti air atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau memproses ikan.

2. Kontaminasi Parasit: Anisakis

Parasit seperti Anisakis adalah jenis cacing yang sering ditemukan pada ikan mentah atau yang kurang matang. Ketika seseorang mengonsumsi ikan yang terkontaminasi Anisakis, parasit ini dapat menempel pada dinding lambung atau usus, menyebabkan kondisi yang disebut anisakiasis.

  • Gejala Anisakiasis meliputi nyeri perut akut, mual, muntah, diare, dan reaksi alergi seperti ruam atau anafilaksis.
  • Jika parasit ini tidak dikeluarkan, ia dapat menimbulkan luka atau peradangan pada saluran pencernaan.

3. Risiko bagi Individu dengan Sistem Kekebalan Tubuh Lemah

Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti ibu hamil, anak kecil, lansia, atau individu dengan penyakit kronis, memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius dari infeksi bakteri atau parasit. Infeksi dapat berkembang lebih cepat dan memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan individu sehat.

4. Pengendalian Risiko

Meskipun risiko ini nyata, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk meminimalkan bahaya:

  • Pembekuan Ikan: Sebagian besar negara memiliki regulasi yang mewajibkan ikan mentah untuk dibekukan pada suhu -20C selama minimal 7 hari untuk membunuh parasit.
  • Higiene yang Baik: Penanganan ikan harus dilakukan dengan peralatan yang bersih dan dalam kondisi sanitasi yang ketat.
  • Pemilihan Tempat yang Terpercaya: Mengonsumsi sushi hanya di restoran yang memiliki standar tinggi dalam penyimpanan dan penanganan bahan mentah.
  • Memilih Alternatif: Bagi individu dengan risiko tinggi, memilih sushi yang tidak menggunakan ikan mentah, seperti sushi vegetarian atau yang berbasis daging matang, dapat menjadi pilihan lebih aman.

Dengan memahami risiko dan cara pencegahan, konsumen dapat menikmati sushi dengan lebih aman, tanpa mengorbankan kesehatan.

Kurangnya Protein dan Tingginya Lemak

Meskipun sushi sering dianggap sebagai makanan sehat, kandungan nutrisi di dalamnya dapat bervariasi tergantung pada jenis sushi dan bahan tambahan yang digunakan. Ikan dalam sushi memang mengandung protein, tetapi jumlah protein ini relatif kecil dibandingkan dengan makanan berbasis protein lainnya. Di sisi lain, penggunaan saus, adonan, dan bahan tambahan lainnya dapat meningkatkan kandungan lemak, yang terkadang tidak disadari oleh konsumen.

1. Kandungan Protein yang Relatif Sedikit

Ikan mentah seperti salmon, tuna, atau udang yang digunakan dalam sushi memang merupakan sumber protein berkualitas tinggi. Namun, jumlah ikan dalam satu porsi sushi roll biasanya hanya sekitar 1--2 potong kecil, sehingga kandungan proteinnya tidak signifikan dibandingkan porsi makanan berprotein lainnya seperti steak ikan panggang atau dada ayam.

  • Contoh: Satu potong sushi roll rata-rata hanya mengandung 1--2 gram protein, sehingga konsumsi beberapa potong saja tidak mencukupi kebutuhan protein harian.

2. Penambahan Saus dan Adonan

Beberapa jenis sushi modern mengandung bahan tambahan seperti:

  • Saus berbasis mayones: Seperti spicy mayo atau saus unagi, yang tinggi lemak dan kalori.
  • Adonan goreng (tempura): Sushi dengan topping atau isi yang digoreng menambah asupan lemak jenuh.
  • Keju Krim: Digunakan dalam sushi fusion, keju krim menambah tekstur lembut tetapi juga meningkatkan kandungan lemak.

Penggunaan bahan-bahan ini dapat membuat sushi menjadi makanan yang tinggi kalori dan lemak, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau sebagai bagian utama dari pola makan.

3. Dampak Konsumsi Lemak Berlebih

Kandungan lemak yang tinggi dalam beberapa jenis sushi dapat menyebabkan:

  • Kenaikan Berat Badan: Kalori ekstra dari lemak berlebih dapat menambah berat badan jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.
  • Risiko Kesehatan Jantung: Lemak jenuh dari adonan goreng dan saus dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL, yang berkontribusi pada penyakit kardiovaskular.
  • Gangguan Pencernaan: Lemak tinggi dari makanan berminyak dapat memicu gangguan pencernaan seperti mulas atau perut kembung.

4. Solusi Sehat

Untuk menikmati sushi tanpa mengorbankan kesehatan, Anda dapat:

  • Memilih Sushi Sederhana: Seperti sashimi (ikan tanpa nasi) atau nigiri (ikan di atas nasi) tanpa tambahan saus atau bahan gorengan.
  • Menghindari Saus Berlemak: Gunakan perasan lemon atau sedikit kecap asin rendah natrium sebagai pengganti saus.
  • Memperhatikan Porsi: Konsumsi sushi sebagai bagian dari makanan lengkap dengan tambahan protein lain, seperti edamame, miso soup, atau salad sayuran segar.

Dengan memilih jenis sushi yang lebih sehat, Anda tetap dapat menikmati cita rasa lezatnya sambil menjaga keseimbangan nutrisi dalam pola makan Anda.

Siapa yang Perlu Berhati-hati?

Kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, dan lansia memerlukan perhatian khusus saat mengonsumsi sushi atau makanan lain yang mengandung bahan mentah seperti ikan. Berikut penjelasan mengapa kelompok ini lebih rentan terhadap risiko kesehatan:

1. Ibu Hamil

Ibu hamil harus sangat berhati-hati dengan makanan yang dikonsumsi, termasuk sushi, karena risiko paparan merkuri dan infeksi makanan.

  • Dampak Merkuri pada Janin:
    Ikan besar seperti tuna yang sering digunakan dalam sushi mengandung merkuri dalam kadar tinggi. Merkuri dapat menembus plasenta dan memengaruhi perkembangan otak serta sistem saraf janin, yang dapat menyebabkan gangguan kognitif dan motorik.
  • Risiko Infeksi:
    Konsumsi ikan mentah meningkatkan risiko infeksi bakteri atau parasit seperti Listeria monocytogenes, yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, atau infeksi janin.

Solusi:
Ibu hamil disarankan menghindari sushi dengan ikan mentah dan memilih alternatif seperti sushi yang dimasak atau berbasis sayuran.

2. Anak-anak

Anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya matang, sehingga lebih rentan terhadap infeksi makanan seperti bakteri Salmonella atau parasit Anisakis.

  • Risiko Infeksi Gastrointestinal:
    Infeksi dari bakteri atau parasit dapat menyebabkan diare parah, dehidrasi, muntah, dan kram perut. Pada anak-anak, kondisi ini bisa menjadi lebih serius karena tubuh mereka lebih kecil dan lebih cepat kehilangan cairan.
  • Efek Merkuri:
    Paparan merkuri dalam jumlah kecil saja dapat berdampak signifikan pada perkembangan otak anak, menyebabkan gangguan konsentrasi, keterlambatan perkembangan, atau masalah belajar.

Solusi:
Berikan anak-anak sushi yang tidak mengandung ikan mentah, seperti sushi vegetarian atau sushi matang (misalnya sushi dengan udang rebus).

3. Lansia

Sistem kekebalan tubuh lansia cenderung melemah seiring bertambahnya usia, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi dan komplikasi kesehatan akibat makanan mentah.

  • Risiko Infeksi Serius:
    Infeksi bakteri seperti Salmonella atau parasit dari ikan mentah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah pada lansia, seperti dehidrasi berat atau sepsis.
  • Masalah Pencernaan:
    Lansia juga lebih rentan terhadap gangguan pencernaan karena penurunan fungsi organ pencernaan, sehingga konsumsi makanan mentah dapat memicu gejala seperti nyeri perut atau kembung.
  • Risiko Kesehatan Kronis:
    Jika lansia sudah memiliki kondisi kesehatan seperti hipertensi atau penyakit jantung, kandungan natrium yang tinggi dalam sushi (dari kecap asin) dapat memperburuk kondisi tersebut.

Solusi:
Lansia disarankan untuk memilih sushi matang dan menghindari kecap asin berlebih. Memperhatikan kebersihan tempat penyajian juga sangat penting.

Kelompok rentan ini memerlukan perhatian ekstra dalam memilih makanan, terutama yang berisiko tinggi seperti sushi dengan bahan mentah. Pilihan sushi yang dimasak atau vegetarian dapat menjadi alternatif yang lebih aman, sambil tetap memberikan pengalaman kuliner yang nikmat dan bergizi.

Kesimpulan

Sushi memang merupakan makanan yang lezat dan kaya akan variasi rasa, namun konsumsinya perlu dilakukan dengan bijak untuk menghindari risiko kesehatan. Paparan merkuri, infeksi dari ikan mentah, hingga tingginya kandungan natrium dan lemak dalam beberapa jenis sushi dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dikontrol. Oleh karena itu, penting untuk membatasi frekuensi konsumsi, memilih jenis ikan yang rendah merkuri, dan memastikan kebersihan makanan serta tempat penyajiannya.

Bagi kelompok berisiko tinggi seperti ibu hamil, anak-anak, dan lansia, konsumsi sushi mentah sebaiknya dipertimbangkan dengan cermat, dan disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya. Dengan langkah-langkah ini, sushi dapat tetap dinikmati sebagai bagian dari pola makan yang seimbang dan aman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun