Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Buka Puasa Bersama di Bulan Ramadan 1445 H: Dari Sejarah hingga Maknanya di Era Modern

19 Maret 2024   12:16 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:34 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/riskasadilaayu77 

Sejarah Tradisi Buka Puasa Bersama 

Tradisi buka puasa bersama, yang populer dengan sebutan "bukber", telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bulan Ramadan 1445 H/2024 M di Indonesia. Kegiatan ini disukai oleh berbagai kalangan, mulai dari kaum muda hingga orang dewasa. Meskipun asal mula tradisi ini tidak dapat dipastikan secara pasti, beberapa sumber mengindikasikan bahwa tradisi ini telah ada sejak zaman lampau, bahkan mungkin sudah berlangsung puluhan atau ratusan tahun yang lalu. Bukber tidak hanya tentang kegiatan makan bersama, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam. Tradisi ini menjadi momen yang sangat penting untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, serta untuk menjalin kembali hubungan dengan teman-teman yang jarang bertemu selama masa Ramadan. 

Bukber dianggap sebagai kesempatan berharga untuk mempererat tali silaturahmi antara sesama umat Islam. Melalui kegiatan ini, orang-orang dapat berkumpul bersama dengan santai, berbagi cerita, dan memperkuat ikatan sosial yang ada. Selain itu, bukber juga menjadi waktu yang tepat untuk memperdalam keimanan dan meningkatkan rasa solidaritas di antara sesama umat Islam.  Selama bulan Ramadan, di mana umat Islam berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari, kegiatan bukber juga memiliki makna simbolis yang dalam. Buka puasa bersama-sama di akhir hari, setelah seharian menahan lapar dan haus, menjadi momen yang dinantikan untuk bersyukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan dengan memenuhi panggilan-Nya untuk berpuasa. Bukber juga menjadi sarana untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama bagi mereka yang kurang beruntung atau membutuhkan dukungan ekstra selama bulan Ramadan. 

Secara sosial, tradisi buka puasa bersama ini telah menjadi bagian penting dari budaya Indonesia. Di samping memperkuat hubungan antarindividu, bukber juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk merasakan kebersamaan dan kehangatan dalam suasana Ramadan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bukber menjadi salah satu momen yang paling dinantikan selama bulan suci ini. Dengan demikian, bukber bukan hanya sekadar ritual makan bersama di akhir hari puasa, tetapi juga sebuah tradisi yang sarat dengan makna sosial, spiritual, dan budaya. Melalui kegiatan ini, umat Islam di Indonesia dapat mempererat hubungan kekeluargaan, memperdalam keimanan, serta merayakan kebersamaan dalam berbagi kebahagiaan selama bulan Ramadan.

Bukber dalam Budaya dan Agama 

Foto:jelajahkampung.com/Pinterest.com/1001indonesia.net
Foto:jelajahkampung.com/Pinterest.com/1001indonesia.net

Devie Rahmawati, seorang pengamat sosial vokasi dari Universitas Indonesia, pernah menjelaskan bahwa ajaran Islam telah berpadu dengan budaya ketimuran yang bersifat kolektif di Indonesia. Namun, ia menegaskan bahwa tradisi makan bersama, meskipun memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai Islam, bukanlah merupakan hasil langsung dari masuknya ajaran Islam ke Indonesia. 

Menurutnya, sebelum periode penyebaran Islam di Indonesia, kondisi geografis dan karakteristik masyarakat Indonesia yang cenderung kolktif telah memperkuat tradisi buka puasa bersama. Tanpa disadari, buka puasa bersama sebenarnya telah menjadi bagian dari tradisi di berbagai daerah di Indonesia, seperti Meugang, Nyorog, Megibung, dan Megengan. Sebagai contoh, tradisi Meugang yang berasal dari Aceh telah ada sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh. Pada saat itu, Sultan Iskandar Muda banyak menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada masyarakat menjelang bulan Ramadan. Saat ini, tradisi Meugang biasanya diadakan tiga kali dalam setahun, yaitu menjelang Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Selanjutnya, tradisi Nyorog merupakan tradisi Betawi di mana masyarakat Betawi membagikan paket makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua seperti orang tua, paman, bibi, kakek, dan nenek, biasanya sebelum Hari Raya Idul Fitri. Awalnya, paket tersebut berisi sayuran dan ikan yang dimasak, tetapi seiring waktu, isinya telah berkembang menjadi biskuit, kopi instan, gula, sirup, teh, dan lainnya. Megibung adalah tradisi yang dilakukan oleh umat Muslim di Bali, berasal dari kata "gibung" yang berarti berbagi. Ritual ini melibatkan duduk bersama dalam lingkaran dan makan bersama dengan nasi dan piring di atas nampan. Ritual Megibung diperkenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, pada abad ke-17 Masehi.

Di Jawa Timur, terutama di Tuban, Malang, dan Surabaya, terdapat tradisi Megengan untuk menyambut bulan Ramadan. "Megengan" berasal dari bahasa Jawa "megeng", yang berarti "memegang". Selama Megengan, masyarakat berkumpul di masjid atau lapangan untuk berdoa dan makan bersama. Tradisi ini juga menjadi salah satu cara penyebaran Islam di Jawa Timur sejak lama. Jadi, tradisi berkumpul sambil membawa makanan atau makan bersama telah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat di Indonesia sejak zaman dahulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun