Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyakitku Hapus Dosaku

7 Desember 2018   12:36 Diperbarui: 7 Desember 2018   15:31 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Bukan cuma itu saja ujian saya. Setelah kepala terkena , kelanjar getah bening itu berpindah ke leher kanan , lalu ke kiri dan terakhir saya terkena glaukoma. Ibu bisa lihat foto saya ini ", dia memperlihatkan foto seorang lelaki berkacamata dan tanpa ekspresi. Dia memperlihatkan di HPnya . Sungguh foto seorang lelaki yang sangat memprihatinkan. 

" Dimana foto itu pak?", tanyaku sedikit ingin tahu, karena saya lihat di foto itu ada gambar beberapa tombak warna kuning sebagai background.

" Itu tempat dimana saya diperkenalkan dengan seseorang ", katanya agak menyembunyikan sesuatu. Aku biarkan saja dan tidak bertanya lebih lanjut.

" Baiklah saya beri nomor suami saya saja ya pak, nanti bapak hubungi" kataku sambil mengetikkan nomor suami ke HP nya , karena dia terkendala dengan penglihatannya. 

" Terima kasih bu, ibu tahu saya pada saat sakit kelenjar getah bening yang saya derita dari leher kiri, kanan dan akhirnya gloukoma itu sangat ajaib. saya tidak punya uang sepeserpun untuk berobat. Saya hanya pasrah pada yang Kuasa. Saya menyadari dosa-dosa yang saya lakukan, kesombongan saya pada Nya. Mungkin inilah cobaan terberat dalam hidup ketika istri saya pun meninggalkan saya saat saya jatuh dan sakit.Saya hidup sendiri dan akhirnya saya diperkenalkan dengan seorang perempuan sholihah yang mau menerima saya yang pada waktu itu dalam kondisi miskin, sakit dan mata saya tak bisa melihat sama sekali.", katanya beruntun memenuhi rasa ingin tahu saya.

" Jadi bapak sekarang tidak tinggal lagi di kota " P "?, tanyaku.

" Tidak bu, saya ikut istri saya. Dari dialah saya belajar banyak tentang kehidupan sampai saya menjadi agak baikan seperti ini dan saya teringant untuk menemui suami ibu, sahabat yang paling mengerti saya dalam susah dan senang".

Aku menghantarkannya ke halaman. Aku tangkupkan tanganku sebagai tanda memberi salam kepadanya. Berjalan dengan agak pincang dia. Mungkin salah satu dari efek stroke yang pernah dideritanya. 

Tetapi dari semua itu dia memang sahabat suami saya yang paling terbuka dalam urusan bisnis.

Pukul 21.00 suami saya pulang dan saya ceritakan semua kejadian. Dia tersenyum karena baru saja sebelum pulang dia berkomunikasi dengan tamu saya itu. Allah Maha Besar. Dia sembuhan penyakit hambaNya pada saat hambaNya pasrah total.

( Diilhami dari kisah nyata, Pak "R" )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun