"Kulo nuwun", terdengar suara seorang laki-laki bertamu ke rumah. Masih sorean sekitar pukul 5. Aku yang sedang di kamar bersama anakku untuk mengajari Matematika bergegas keluar.Â
" Monggo", kataku sambil mengamati seorang lelaku yang berusia sekitar 55 tahun dengan wajah yang agak kering, keriput , botak , tinggi besar dan bermata sipit. Spontan aku sebut sebuah nama. Dia tampak senang dan tersenyum. Kupersilakan masuk. Kutanya apakah ingin bertemu suamiku. Aku tahu dia sahabat kental suamiku yang lama tak silaturrahmi.Â
Dua tahun yang lalu dan sebelumnya mereka sering menghabiskan waktu bersama di rumah. Mengobrol apa saja kegiatan yang bisa mereka berdua lakukan ataupun bisnis yang tengah dijalani. Lelaki yang di hadapanku ini dulunya gagah, berkulit kencang, tertawanya kencang dan selalu menolong siapapun yang membutuhkan. Meskipun dia beda etnis dengan kami tetapi tak menghalangi persahabatan antara kami dan dia. Dia juga memeluk agama yang berbeda dan itu pun tidak menjadikan kami jengah dalam bergaul.
" Silakan duduk,pak", kupersilahkan dia dan kusampaikan tanganku untuk menyalaminya. Dia menolak halus sambil bilang, " Maaf , saya tidak menyentuh perempuan ", katanya sambil takzim duduk.
" Kemana saja bapak selama ini. Saya dan suami baru minggu ini "rerasan" nama bapak.Kenapa lama tak berkunjung", kataku sambil mempersilahkan secangkir air putih. Dia tak minum yang manis.
" Wah, ceritanya panjang bu. Ibu pasti sudah tahu bagaimana bisnis saya yang dulu", katanya balik .
Dia dulu pebisnis handal, tembakau, madu, budidaya jangkrik, rokok sampai bisnis yang lain-lain. Aku agak susah menyebutkan saking banyaknya. Dari bisnis itu tidak semuanya lancar karena dia harus kucing-kucingan dengan petugas dan sebagian dari hartanya habis untuk kegiatan itu.
" Sampai suatu ketika bu, saya terkena kelenjar getah bening di kepala", katanya sambil memperlihatkan jahitan di kepala dari atas ke bawah.
" Saya coba berobat ke Singapura. Harta saya sampai habis untuk itu. Rumah saya jual untuk berobat. Dan tragisnya saya tak bisa pulang balik ke Indonesia. "
" Lalu, bagaimana bapak bisa sampai kembali ?".
" Ajaibnya , ada seseorang yang menolong saya kembali ke Indonesia. Dia support dana kepulangan saya bahkan dia juga memberi sedikit dana untuk saya mencari kontrakan ".