Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhirnya...

11 November 2018   23:04 Diperbarui: 11 November 2018   23:25 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini minggu. Sangat menyenangkan bila bisa refresing sebentar. Baru mau akan keluar rumah, WA Rita memberikan notifikasi. Dibukanya. Tristan mau bicara empat mata. Ah...apalagi ini ? Rasa enggan mulai menggelayuti benak Rita. Keraguannya semakin menebal dan rasa cintanya semakin memudar, walaupun dia belum sempat memberikan jawaban perasaan. Ada instink kuat yang membuat dia berniat mundur sebelum sempat jatuh cinta ataupun dicintai. 

Udara pagi sangat cerah malah cenderung panas. Sudah dua hari ini sangat menyengat. Bahkan pohon -pohon mulai mengering daun-daunnya.

" Silakan duduk, ada yang mau kamu bicarakan ?", tanya Rita sambil tersenyum agak kaku dan sedikit ada rona sedih di wajahnya. Dia tidak tahu kenapa moodnya jadi begini terhadap Tristan.

" Aku mohon maaf sebelumnya. Aku terpaksa memberitahumu bahwa tanggal 15 Januari 2019 nanti aku akan menikah dengan pacarku.", kata Tristan tanpa basa-basi.

" Oh, bagus. Sudah berapa lama kalian kenal ? " sambung Rita tanpa ekspresi.

" Tak lama , baru dua minggu "

" Oh,jadi foto perempuan yang ketiga yang kamu ajak jalan-jalan itu dia orangnya ?", sambung Rita agak memanas hatinya.

" Aku menunggu terlalu lama jawabanmu. Ketika dia datang , dia sangat agresif dan membuatku tidak berkutik. Akhirnya aku putuskan segera menikahinya ", jawab Tristan tanpa  rasa bersalah. Pagi menjadi semakin tambah panas. Udara seperti tak mengalir dan tak ada juga semilir angin. Akhirnya hanya seperti itulah dalamnya cinta Tristan kepada Rita. Tak ada yang pantas untuk diperjuangkan Rita . Pantas saja dia ragu dan terus ragu untuk menjawab. Tuhan berkehendak lain.Tapi kenapa hatinya ada semburat nyeri ketika Tristan menyampaikan keinginannya untuk menikahi perempuan itu. Ah, ditepiskanlah rasa itu.

" Baiklah, sooner better, lebih cepat lebih baik supaya kalian tak menanggung terlalu banyak kesalahan dunia ", kata Rita akhirnya.

Tristan agak terbengong dengan apa yang dikatakan Rita. Sepertinya Rita tahu banyak dengan apa yang terjadi antara dia dan calon istrinya. Ataukah dia hanya menduga-duga ?

" Cinta itu suci , Tristan. Dia seperti sebuah permata yang harus kau jaga. Namun ketika kamu sudah menjatuhkannya maka dia tidak berarti lagi. Dia sudah tak berbentuk kristal permata yang setiap orang mengaguminya. Dia sudah menjadi batu biasa yang tak ada harganya. Sebaik apapun kau tempatkan kristal yang sudah remuk itu tetap tak punya makna. Jadi lebih cepat lebih baik. Aku merestui kalian berdua. Aku doakan semoga itu pilihan terbaikmu. Jangan sampai kau ceritakan lagi seperti perempuan kedua yang lalu dengan ending yang tak pasti. ", panjang lebar Rita akhirnya mengeluarkan semua uneg-unegnya.Tak ada yang dia tutupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun