Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Beli Secangkir Rindu di Matamu

22 September 2018   20:29 Diperbarui: 22 September 2018   22:53 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rita masih menyelesaikan laporan  terakhir sebelum beranjak dan berkemas untuk pulang. Jam menunjuk pukul 17.00. Cukup sore juga dia. Biasanya teman-teman bersama dia menyelesaiakan laporan akhir pekan tapi hari ini semua sudah selesai duluan. Tinggal Rita dan pak Satpam serta dua orang lainnya di kantor itu.

Langkah Rita terhenti ketika telponnya berdering. Ada video call dari Tristan.

" Aku sudah pulang dari kemarin. Kamu mau aku traktir malam ini?, aku ada oleh -- oleh untukmu ", kata Tristan sambil tersenyum memperlihatkan lekuk pipinya dan juga rapi giginya.

Agak ragu Rita menjawab karena dia juga belum sampai di rumah dan tentu kondisi badannya tidaklah fresh untuk bertemu tamu. Ah tamu ? Teman kali, teman lama.

" Baiklah tapi beri aku waktu sampai jam 7 nanti, ya ", Rita meminta jeda untuk sekedar ganti baju dan bebersih diri. Kebetulan tadi siang dia sempat beli baju waktu istirahat bersama temannya. Lumayanlah untuk sekedar bertemu Tristan.

Memakai gaun hijau bermotif bunga, dengan sepatu flat dan juga rambut digerai membuat Rita lebih segar dan sedikit lebih muda dari usianya yang sudah menginjak 28 tahun. Ada olesan make up tipis di pipinya dan sedikit blush on penyegar pipi. Rita tak suka memakai bulu mata , dia lebih senang yang alami saja. Dia memang type yang simple namun smart, penyayang  tapi juga tegas dalam berteman.

Rita memasuki sebuah cafe seperti yang diminta Tristan. Cafe itu tak jauh dari bank tempatnya bekerja. Ada beberapa meja yang masih kosong dan sebagian besar sudah ada yang reservasi baik keluarga maupun beberapa pasangan muda.

Sambil mencari sosok Tristan , Rita celingak celinguk sendiri. Dia jadi geli. Tiba-tiba tepukan lembut di punggungnya mengakhiri pencariannya. Dia memang selalu begitu, tak pernah datang dari arah depan, selalu dari samping atau belakang.

" Kita duduk di situ, dekat jendela itu, " kata Tristan sambil menunjuk meja yang  tampak sudah tertata dengan hidangan aneka rupa.

" Ini undangan makan malam atau mau ada pesta kecil ?", tanya Rita seketika melihat apa yang ada di meja.

" Kalau kamu tak keberatan aku undang juga Anisha dan Devon, anak-anakku , bagaimana ?", pertanyaan Tristan membuat Rita tak berkutik . Dia mengangguk aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun