Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Tak Bisa Berpuisi

2 Mei 2018   12:46 Diperbarui: 2 Mei 2018   13:02 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : http://rachelmeaganphotography.com/david-mikayla

Hari masih temaram, menjelang pagi. Belum juga seperti biasa Matahari torehkan kanvasnya di langit, oranye dan sedikit semburat pucat. Angin berhembus ringan membawa sedkit udara dari seberang. Kubuka jendela dan kulihat embun masih sedikit menggantung di daun- daun pisang belakang rumah. Kulihat engkau masih terlelap.

Perlahan ku bangkit ke ruang samping. Tampak pulas si mungil dan si besar bersebelahan. Perlahan kusapa mereka dengan kecupan lembut di kening dan pipi. Ku usap tangan dan kepala penuh kasih. " Bangun, nak.sudah pagi, ayo berangkat sekolah. Hari ini kita upacara Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei ".

Bergegas mereka mandi bergantian, ganti baju dan sholat Subuh, walau tidak berjamaah.Kusiapkan sarapan pagi seadanya yang penting cukup untuk memberi mereka tenaga. Hanya sekedar 4 sehat saja. Sesekali aku ingatkan mereka untuk segera bergegas karena pagi waktu yang sangat berharga untuk di sia. Kudengar piring dan sendok beradu pelan dan kutengok mereka sudah sarapan.

Kupersiapkan kopi dan sedikit ketela goreng kesukaanmu, tak apa sambil menunggu kamu bangun." Mas, sudah pagi,ayo bangun...songsong rejekimu disana, di ufuk fajar yang sudah segera meninggalkan. Jangan lupa sudah kusiapkan secangkir kopi hangat dan ketela goreng kesukaanmu,mas "

Hari ini genap 26 tahun perjalanan kita mengarungi bahtera cinta, 2 Mei 1992 adalah saat kita dipertemukan oleh sebuah kalimat suci yang bernama ijab qobul. Beragam romantika kehidupan dan warna warni pelangi perasaan kita dapati dan rasakan. Beragam kerikil kecil dan batu tajam kita lewati dalam cinta dan kebersamaan. Berbagi angin syurga dan panasnya cuaca berganti -- ganti kita nikmati.

Mungkin juga ini sebuah kesengajaan yang manis ketika tanggal 2 Mei aku pilih. Kamu tahu mas ? Karena aku ingin inilah momen kita untuk mendidik anak , sebagai sebuah cita- cita dari bersatunya dua insan yang berbeda sudut pandang , background dan target kehidupan. Moment ini aku ambil dengan sengaja karena mudah diingat, memorable , dan juga pas dengan hari jadi kota kita, Semarang. Ya tanggal 2 Mei adalah hari jadi kota dimana kita dipertemukan, Semarang. Pas lah sudah apa yang kita rencanakan.

Mas, jangan ragu kalau kau  ingin bertemu. Jangan malu kalau kau lelah dan ingin menikmati jemariku.Ada saat dimana engkau butuh pundakku untuk bersandar dan aku pun butuh punggungmu untuk kupeluk bila aku rindu. Ada saat tangisku kutahan agar engkau tak tahu bahwa aku butuh tak sekedar pertemuan.

Meskipun ragam cahaya mentari dan kerlip bintang serta redup lampu temaram di ruang tamu bergantian menerangi hati kita , tak pernah aku meminta lebih sampai engkau sendiri tersentuh untuk memberiku sedikit surprise party. Ketika suatu hari kau suruh aku terpejam dan kau sibakkan rambutku lalu kau untaikan kalung kecil manis pertanda hari jadi kita tahun kemarin. Atau kau bangunkan aku dan kau ucapkan selamat ulang tahun sambil membuka jemariku dan kau lingkarkan cincin mungil tanda kasihmu. Atau di saat yang lain kau bangunkan anak -- anak  dan kau ajak mereka kepadaku lalu kau bawakan sepiring taart cake sambil kau tiupkan lilin kecil untukku.

Setelah semua usai kuberi kesempatan dua buah hati kita untuk mencium pipiku dan pipimu, tanda kasih dan bakti ananda. Kuberi juga engkau tanda merah di pipimu. " Ah, selalu begitu", katamu. Aku berangkat bergegas menuju tempatku abdikan diriku untuk bangsa dan negara sedang engkau menunggu waktu untuk segera tunaikan kewajibanmu, seperti biasa.

Karena ini hari istimewa perjalanan cinta kita maka aku ingin memberimu juga hal istimewa . Kusanding suaramu ditelpon ." Mas, aku ingin memberimu puisi di ultah kita , mau ?" , kataku agak merayu dengan suara penuh syahdu. " Ah, jangan itu, aku tak pandai membaca puisi,tak mengerti dan juga tak bisa berekspresi dengan puisi", katamu menolak lembut. " Tak apa, biar aku saja yang bacakan", sahutku agak mendesak manja. " Aku mau yang lain saja ", katamu tegas penuh arti.

Aku tahu yang dia maksudkan. Biasanya dia akan mengajaku ke tempat yang romantis, kebun bunga, pantai, pegunungan atau kafe sambil menikmati hidangan di tempat itu. Aku tahu yang kau pilih adalah tempat sejuk, hijau menghampar dan harum mewangi kesegaran jiwa yang sudah mulai berusia ini. Aku ingin kita menua bersama dan diberi kesempatan menikmati indahnya cita -- cita dan cinta kita yang akan dilanjutkan oleh anak dan cucu kita nanti. " Selamat ulang tahun untuk perkawinan kita ya mas, biar pun engkau tak pandai berpuisi tetapi keindahan dan romantika yang kau ciptakan adalah cerita yang tak permah habis untuk aku abadikan. Semoga kita tetap berjodoh sampai akhir jaman "

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun