...Mangan tahu 'jok dicampur nganggo timun//malam minggu gak apik digowo ngelamun.
Cak Mus tak menyanyikan lagu itu secara utuh. Cukup beberapa lirik saja. Berikutnya, meluncur Cari Kawan Lain, disusul Tetes Hujan di Bulan April.
Sama seperti lagu pertama, cengkok Cak Mus terdengar khas. Ketika bernyanyi, tangan Cak Mus tak pernah berhenti melambai-lambai seperti memimpis orkestra.
Setengah jam berlalu. Cak Mus, Nono, dan semua personel band sepakat menyudahi latihan. Mereka merasa harmonisasi yang diinginkan sudah tercapai.
Cak Mus orangnya ramah. Dia juga sering mbayol (melucu). Seperti bayolan yang satu ini. Kata dia, di Surabaya ini ada warung rujak cingur paling enak. Tempatnya di Jalan Peneleh. Pedagang rujak itu tak punya tangan dan kaki.
Setelah melontarkan itu, Cak Mus membisu. Dia kemudian menyambar rokok filter, lalu diisapnya. Sontak, semua yang mendengar penasaran. "Lha kalau nggak punya tangan dan kaki, nguleknya pakai apa, Cak?"
"Ya, nguleknya begini..." Cak Mus memeragakan goyang ngebor ala Inul. Spontan semua yang hadir tertawa.
Gantikan Muchsin Alatas
Cak Mus merintis karier bermusik dengan mendirikan grup band Arista Birawa, 1964. "Saya pegang bas. Dulu kami main keliling Jawa Timur. Lagu lagu-lagu Barat dan Indonesia. Saya merangkap sebagai vokalis bersama Sonata Tanjung," kenangnya.