Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Petani dan Pasar yang Masih Gelisah

16 Agustus 2020   20:44 Diperbarui: 17 Agustus 2020   05:03 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang dan pengunjung di Pasar Kebayoran Lama masih membandel dalam penggunaan masker selama beraktivitas di pasar. (KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

Butuh energi lebih menumbuhkan optimisme di tengah kegelisahan masyarakat meningkatkan usaha. Pasalnya, hingga sekarang, pelaku bisnis masih dilanda kecemasan hebat. Ini menyusul masih labilnya pasar akibat belum stabilnya kondisi ekonomi global.

Pandemi Covid-19 benar-benar memorakporandakan aktivitas bisnis. Semua sektor bisnis terguncang. Tak terkecuali dengan sektor pertanian yang diklaim aman dari dampak Covid-19.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian yang cukup mengalami penurunan signifikan. Sub sektor tanaman pangan turun sebesar 0,54 persen dan sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,30 persen. Penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) ini dikarenakan adanya penurunan harga di beberapa komoditas.

Sementara, mayoritas petani di Indonesia belum merasakan kesejahteraan. Mayoritas kehidupan mereka juga pas-pasan. Saking rapuhnya, tak sedikit petani kemudian beralih profesi untuk menyelamatkan periuk nasinya.

Devisa negara dari ekspor produk pertanian masih terbatas. Produk-produk pertanian belum mampu bersaing dengan produk-produk pertanian negara-negara lain, seperti Jepang, Korea, Thailand, dan Malaysia. Malah sebaliknya, pasar domestik mulai dikuasai produk-produk pertanian luar negeri. Kualitas yang mereka memiliki lebih baik dan harga yang bersaing.

Sejatinya, kita belum banyak mengoptimalkan produk-produk pertanian yang dihasilkan para petani. Padahal, jika ada peningkatan petani, otomatis pendapatan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, juga bertambah.

Kondisi itu bisa dilakukan bila ada keselarasan kebijakan dan kegiatan, sejak tahap praproduksi, produksi, hingga pascapanen. Termasuk penyimpanan dan pengangkutan.

Para petani dituntut selalu meningkatkan dan mempertahankan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Ini agar mereka punya daya saing tinggi. Petani juga harus dapat menjamin kontinuitas pasokan produk ke pasar sesuai permintaan konsumen. Tanpa itu, petani tak bakal mampu menembus pasar yang lebih luas.

Itu sebabnya, harus ada klasifikasi yang jelas dan terukur. Klasifikasi tersebut menyangkut beberapa hal.

Pertama, adanya peraturan, prosedur, dan rambu-rambu pengelolaan. Kedua, sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dan profesional. Ketiga, terkait mentalitas birokrasi yang terlibat dalam pengelolaan, baik manajerial maupun pemangku kebijakan. Keempat, strategi meningkatkan jumlah kedatangan pembeli dan memberi nilai tambah buat petani. Kelima, membantu petani agar bisa memasarkan produknya dengan harga lebih baik.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun