Dari hasil itu, Herman tak melupakan mimpinya. Kali ini ia ingin membiayai ibunya berangkat umrah ke Tanah Suci. Subhanallah. "Bagi saya, doa orang tua sangat penting," cerita pria yang selalu mencium tangan orang tua setiap berangkat kerja.
Setahun merintis bisnis, Herman berkeinginan melebarkan cakar bisnis angkringan Jacira. Ia kemudian berkongsi dengan temannya. Membuka gerai baru di Apartemen The Square di Jalan Siwalankerto, Surabaya (berdekatan dengan UK Perta). Kalkulasinya matang dan terukur. Gerai baru itu untuk membidik segmen menengah atas.
Tapi begitulah misteri bisnis. Meski telah direncanakan matang, hasilnya tak sesuai harapan. Kehendak subjektif tak berbanding lurus dengan realitas empirik. Gerai baru tersebut terus merugi.Â
Herman berupaya bertahan dan mencari terobosan. Mendesain gerap lebih menarik. Mengganti interior agar lebih nyaman. Â Namun upaya itu tak jua membuahkan hasil menggembirakan. Ibarat memegang bola panas, ia harus memilih: mau dilepas atau tetap menggenggamnya.
Herman memilih realistis. Tak sampai enam bulan, gerai baru itu ditutup. Kerugian finansial yang ditanggung mencapai ratusan juta rupiah. "Saya nggak memasalahkan rugi. Bagi saya, kegagalan itu seperti membeli pengalaman," ujarnya.
Bisnis tak selalu mulus. Kegagalan kedua yang pernah ia alami saat dirinya ingin meningkatkan omzet di gerao Jacira Taman Apsari. Kali ini, Herman menyerahkan pengelolaan gerai tersebut kepada seorang konsultan kafe. Kompensasinya, konsultan mendapat 7 persen dari omzet.
Sebulan, dua bulan omzet Jacira bukan malah naik, tapi merosot. Begitu pada bulan berikutnya. Sebelum jembuk (rugi besar), Herman lalu memutus kontrak konsultan itu. "Sekarang kembali saya tangani bersama istri. Alhamdullillah masih on the right track," ucap Herman, lalu tersenyum.
***
Banyak pengalaman hidup diceritakan Herman. Salah satunya, ketika baru sebulan berkerja di Pelabuhan Syahbandar Bawean, ia sedih lihat nasib anak bapak kosnya. Namanya Endang.Â
Ceritanya, ketika anak-anak usia sebayanya menikmati sekolah, dia seharian ada di rumah. Hari-harinya dihabiskan dengan menyapu pelataran, menyiram tanaman, dan bersih-bersih rumah. Â Â
Herman bertanya kepada bapak kosnya. Â "Pak, tiap hari saya lihat Endang sering ada di rumah. Memang dia gak sekolah?"Â