Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pebisnis Kuliner Ini Ternyata ASN dan Pembalap

20 September 2019   15:33 Diperbarui: 20 September 2019   15:50 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Herman Efendi (kiri) di gerai angkringan Jacira Taman Apsari.foto:avit hidayat

Karena hidup memang penuh misteri. Kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Di masa ketika semuanya akan berubah dengan cepat.

Hal itu diyakini Herman Efendi. Arek Suroboyo 32 tahun ini, tergolong wani dan nekat. Melakoni tiga profesi sekaligus. Pertama, dia seorang aparatur sipil negara (ASN) di Pelabuhan Syahbandar Bawean. Pernah bertugas sebagai pengatur lalu lintas kapal dan kini menangani masalah keuangan pelabuhan. 

Profesi kedua, Herman seorang pembalap drag race. Berbagai turnamen pernah diikuti. Dua kali Herman meraih podium dengan dibantu tim Nemo Speed Team. Namanya sudah dikenal di kalangan pembalap nasional. Sebelum menjadi pembalap, dia bekerja di balik lintasan sirkuit. Sebagai tenaga yang bertugas mencopot dan memasang ban. 

Profesi ketiga, ia seorang pebisnis kuliner. Membuka gerai makan di kawasan Taman Apsari, Surabaya. Labelnya Jacira, singkatan dari Jawa, China, Arab. Usahanya dirintis sejak 2013. Konsumennya dari berbagai kalangan masyarakat. Ada 19 karyawan dipekerjakan. 

Saat ditanya apa kiatnya bisa melakoni tiga profesi sekaligus, Herman hanya tersenyum. "Saya menjalani ikhlas-ikhlas saja. Bahkan banyak yang kebetulan yang saya sendiri tak pernah bisa menalarnya," ucap dia, merendah.  

***

Awal membuka bisnis kuliner, Herman mengkau sempat nervous. Sebab, berminggu-minggu belum banyak pengunjung datang. Herman berpikir keras mencari terobosan. Salah satunya, mengundang teman-temannya di komunitas motor gede (moge). 

Herman memberi diskon khusus kepada anggota komunitas moge yang mau nongkrong saban hari. Pikirnya, dengan berderet-deret moge yang parkir, tempat kulinernya terlihat ramai. Yang makan berkelas lah, hehe..   

Tak sia-sia kiatnya itu. Beberapa bulan kemudian, usaha kuliner Herman mulai dipadati pengunjung. Beberapa petinggi di Jatim yang suka moge beberapa kali nongkrong di Jacira. Hingga  pada suatu ketika teman-temannya komunitas moge memutuskan untuk tidak lagi setiap hari nongkrong di tempatnya.

"Herman, sekarang sudah ramai. Saya gak perlu setiap hari lagi di sini, kan?" ujar Herman, mengutip lontaran teman-temannya di komunitas moge.

Dari hasil itu, Herman tak melupakan mimpinya. Kali ini ia ingin membiayai ibunya berangkat umrah ke Tanah Suci. Subhanallah. "Bagi saya, doa orang tua sangat penting," cerita pria yang selalu mencium tangan orang tua setiap berangkat kerja.

Setahun merintis bisnis, Herman berkeinginan melebarkan cakar bisnis angkringan Jacira. Ia kemudian berkongsi dengan temannya. Membuka gerai baru di Apartemen The Square di Jalan Siwalankerto, Surabaya (berdekatan dengan UK Perta). Kalkulasinya matang dan terukur. Gerai baru itu untuk membidik segmen menengah atas.

Tapi begitulah misteri bisnis. Meski telah direncanakan matang, hasilnya tak sesuai harapan. Kehendak subjektif tak berbanding lurus dengan realitas empirik. Gerai baru tersebut terus merugi. 

Herman berupaya bertahan dan mencari terobosan. Mendesain gerap lebih menarik. Mengganti interior agar lebih nyaman.  Namun upaya itu tak jua membuahkan hasil menggembirakan. Ibarat memegang bola panas, ia harus memilih: mau dilepas atau tetap menggenggamnya.

Herman memilih realistis. Tak sampai enam bulan, gerai baru itu ditutup. Kerugian finansial yang ditanggung mencapai ratusan juta rupiah. "Saya nggak memasalahkan rugi. Bagi saya, kegagalan itu seperti membeli pengalaman," ujarnya.

Bisnis tak selalu mulus. Kegagalan kedua yang pernah ia alami saat dirinya ingin meningkatkan omzet di gerao Jacira Taman Apsari. Kali ini, Herman menyerahkan pengelolaan gerai tersebut kepada seorang konsultan kafe. Kompensasinya, konsultan mendapat 7 persen dari omzet.

Sebulan, dua bulan omzet Jacira bukan malah naik, tapi merosot. Begitu pada bulan berikutnya. Sebelum jembuk (rugi besar), Herman lalu memutus kontrak konsultan itu. "Sekarang kembali saya tangani bersama istri. Alhamdullillah masih on the right track," ucap Herman, lalu tersenyum.

***

Banyak pengalaman hidup diceritakan Herman. Salah satunya, ketika baru sebulan berkerja di Pelabuhan Syahbandar Bawean, ia sedih lihat nasib anak bapak kosnya. Namanya Endang. 

Ceritanya, ketika anak-anak usia sebayanya menikmati sekolah, dia seharian ada di rumah. Hari-harinya dihabiskan dengan menyapu pelataran, menyiram tanaman, dan bersih-bersih rumah.   

Herman bertanya kepada bapak kosnya.  "Pak, tiap hari saya lihat Endang sering ada di rumah. Memang dia gak sekolah?" 

Bapak kosnya menjawab dengan suara pelan, "Iya, dia sekarang bantu ibunya. Karena banyak kerjaan ibunya yang gak bisa ditinggalkan."

Jawaban itu tak membuat Herman puas. Nalurinya berkata lain. Pasti ada yang disembunyikan. Karena itu, Herman mencari informasi dari kerabat dan keluarga bapak kosnya. Dan, informasi terang benderang: bapak kosnya terlilit masalah keluangan. Hingga tak sanggup menyekolahkan anaknya. 

Setelah tahu berapa besar biaya yang dibutuhkan, Herman lantas menemui bapak kosnya. Kali ini, ia tak bertanya lagi. Tapi menyodorkan uang. Jumlahnya Rp 1 juta. Ia sengaja mengamputasi gaji pertamanya sebagai pegawai pelabuhan sebesar Rp 1,2 juta.

 "Saya kasihan lihat anaknya gak sekolah selama seminggu karena belum bayar sekolah," ucap Herman, mengenang.

Bagi Herman, hidup dengan sisa gaji Rp 200 ribu tak masalah. Karena sisa uang itu cukup buat membeli satu dus mi instan. Cukup untuk dikonsumsi sampai akhir bulan.

Tak secuil pun ketakutan dalam diri Herman. Ia haqqul yaqin jika Sang Khalik bakal memberi jalan keluar. Urusan akan dimudahkan kalau kita mau memudahkan urusan orang lain.

Benar saja. Doa Herman Efendi dijawab Allah SWT. Pagi usai menyerahkan uang untuk membantu biaya sekolah Endang, anak bapak kosnya, siang hari telepon genggam Herman berdering. Dari balik telepon, seorang dari perwakilan kapal pesiar bersandar ke Pelabuhan Syahbandar Bawean minta bantuannya.

Dalam pembicaraan, dia minta bantuan pengadaan air tawar. Biayanya ditanggung seratus persen. Herman yang berpengalaman mengatasi masalah itu  dengan senang hati membantu. Tak butuh lama, air tawar dengan kapasitas yang dibutuhkan pun tersedia.

Dari bantuan Herman, perwakilan kapal pesiar itu akhirnya memberikan bonus jutaan rupiah. "Alhamdulillah, saya seperti ngimpi tiba-tiba dapat uang. Paling tidak, saya nggak jadi makan mi instan terus sampai akhir bulan," ucap dia, lalu tergelak.

Heman mensyukuri atas semua capaian ini. Dari jerih payahnya, ia bisa membeli beberapa properti dan kendaraan pribadi. Sesuatu yang mewah bagi orang seumurannya. Buat dia yang berlatar dari keluarga yang hidupnya pas-pasan. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun