Mohon tunggu...
Agus Tomaros
Agus Tomaros Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Sejarah

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Somba Opu: Saksi Keramahan dan Kejayaan Makassar Abad XVI-XVII

21 September 2022   12:28 Diperbarui: 21 September 2022   12:54 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Somba Opu abad XVI-XVII. Sumber:  kebudayaan.kemdikbud.go.id

Belanda belum patah arang, empat tahun kemudian utusan mereka kembali menemui Sultan Alauddin. Kali ini yang datang bahkan Gubernur Belanda di Ambon. Lagi-lagi ia pulang dengan tangan hampa. Raja Gowa justru membalasnya dengan perjanjian kerja sama dengan Ternate empat tahun setelahnya untuk mengusir Belanda. Antonie Gaen yang juga tiba di Somba Opu (1632) atas perintah Gubernur Jenderal di Batavia, dijawab dengan perjanjian kerja sama Gowa dengan Mataram untuk mengusir Belanda tidak sampai setahun kemudian.

Salah satu dinding terluar benteng Somba Opu. Sumber: makassar.tribunnews.com
Salah satu dinding terluar benteng Somba Opu. Sumber: makassar.tribunnews.com

Somba Opu Menahan Blokade

Sepertinya Belanda mulai hilang kesabaran. Berselang dua tahun dari kegagalan misi Antonie, mereka memutuskan memblokade Somba Opu dengan mengirimkan armada yang terdiri dari 12 buah kapal. Sejak tiba di pelabuhan Somba Opu, armada ini terus-menerus mendapat perlawanan dari kapal-kapal Makassar yang lebih kecil dan lincah. Akhirnya mereka kembali ke Batavia tanpa hasil. Banyak anak buah kapal Belanda yang mati, bahkan komandannya sendiri tiba di Batavia dalam keadaan sakit dan tidak lama kemudian meninggal. Hingga 1634, Somba Opu belum bisa ditaklukkan Belanda.

Tiga tahun berselang, Gubernur Jenderal Belanda mencoba kembali siasat diplomasi. Lagi-lagi Antonie Gaen yang dikirim karena kepandaiannya berbahasa Melayu. Kali ini Raja Gowa luluh, karena isi perjanjiannya menguntungkan Gowa terutama tentang perdagangan bebas. Apalagi Belanda tidak diperbolehkan mendirikan tempat tinggal permanen di Somba Opu. Perdamaian ini bertahan hingga 1654. Meskipun di antara rentang waktu itu, kadang terjadi kesalahpahaman hingga bentrokan-bentrokan kecil tetapi tidak sampai mengarah pada konflik terbuka. Maka selama itu pula Somba Opu masih berjaya mengawal supremasi Kerajaan Gowa dalam perdagangan.

Meskipun antara 1654-1655 terjadi beberapa pertempuran dengan Belanda, termasuk di perairan Buton dan Maluku, Gowa yang telah dipimpin oleh Sultan Hasanuddin---cucu Sultan Alauddin---belum terkalahkan. Termasuk saat Belanda mencoba memblokade perairan Gowa, sebuah kapal mereka diledakkan dan semua awaknya tewas. Kegagalan demi kegagalan ini menyebabkan mereka lagi-lagi meminta damai.

Tetapi Belanda ternyata terlalu bernafsu untuk segera menguasai Gowa. Kali ini Belanda mengalihkan perhatian dari Somba Opu ke benteng Panakkukang. Gowa tentu tidak memperhitungkan hal ini, hingga benteng jatuh ke tangan Belanda pada 1660 dengan korban tewas di kedua belah pihak. Kali ini pihak Gowa yang mendekati Batavia untuk berunding agar Panakkukang dikembalikan. Ini juga sebenarnya sebuah strategi, karena Gowa memanfaatkan masa ini untuk memperkuat beberapa benteng termasuk Somba Opu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun