Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Suatu Bukti Berhasilnya Teori Pengulangan Kebohongan

14 Januari 2019   06:32 Diperbarui: 14 Januari 2019   06:46 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Nongkrong dan ngobrol dengan tetangga di sekitar rumah bukanlah hal yang baru atau aneh bagi saya sejak melakoni kebadungan pada masa SMP. Tidak ketinggalan dalam situasi menjelang Pilpres 2019 ini.

Stempelisasi usang yang murni hoaks seputar antek asing-aseng, pro-PKI, anti-Agama, dan sekitarnya pun dilontarkan oleh seorang oknum tetangga saya mengenai seorang kontestan. Seketika saya teringat, sekitar 5 tahun silam dia pernah melontarkan hal yang sama.

Senada dengan seorang oknum kawan saya mengenai stempelisasi usang itu ketika saya ngobrol dengannya pada suatu waktu. Ternyata 2014 dan 2019 tidak ada perubahan atau pembenahan terhadap "kabar hoaks" yang tertanam dalam benak (alam bawah sadar) sebagian orang, bahkan, mungkin, sudah menjadi semacam doktrin.

Kebohongan vermak muka 2018 dan tujuh kontainer 2019 merupakan kebohongan yang gagal total dalam waktu singkat. Barangkali salah satu penyebabnya adalah pengalaman pada kontestasi Pilpres 2014.

Pada Pilpres 2014 muncul Tabloid Obor  Rakyat yang  gaungnya sampai ke luar Jawa-Madura. Akhirnya tabloid sarat hoaks itu "hangus", dan pada 13/4/2018 Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengungkapkannya secara blak-blakan (Kompas.Com. 13/4/2018).

Sementara yang kemudian sempat ramai diperbincangkan oleh sebagian pemerhati politik pada 13/8/2018 adalah sebuah koran berbahasa Inggris dengan nama "Independent Observer". Entah apa kabarnya kini.

Yang jelas, pengaruh sebagian berita bohong (hoaks) dari Obor Rakyat masih melekat dalam ingatan sebagian orang di sekitar saya. Mereka masih percaya pada stempelisasi usang yang murni hoaks itu.

Kepercayaan semacam itu pernah dikatakan oleh mantan seorang kontestan melalui situs Faktasebenarnya.Com yang juga telah "hangus" dari serat optik. "Memang ada teori itu. Teori pengulangan kebohongan. Kalau diulang-ulang terus, orang jadi percaya. Itu teori yang digunakan Hitler kepada rakyat Jerman," katanya.

Dalam sebuah autobiografi Adolf Hitler pernah menuliskan, jika kebohongan diulangi secara terus-menerus maka pikiran manusia akan mempercayainya. Kebohongan pun diterimanya sebagai kebenaran. Pengulangan adalah metode hipnosis. Apa yang diulangi secara terus-menerus itu akan terukir pada diri seseorang. Inilah yang menyebabkan ilusi dalam hidupnya.

Intinya, ketika kebohongan dilakukan berulang-ulang bahkan melalui media massa, publik media massa akan percaya bahwa kebohongan itu merupakan kenyataan yang layak dipercaya. Dan, mengenai "teori pengulangan kebohongan" itu, mungkin, dibacanya melalui buku "Neo Spiritual Hypnotherapy" karya Anand Krishna (2012).

Sampai menjelang Pilpres 2019, stempelisasi usang yang "tertancap" di benak sebagian pendukung masih terus bergaung karena benar-benar merasuk ke alam bawah sadar mereka. Sebuah praktik hipnotis yang berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun