Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Merauke. Selain buku nonfiksi, menulis narasi, cerpen, yang termuat di Zahir Publishing Yogyakarta dan beberapa penerbit lainnya; menulis esai/artikel di media online Surya Papua. Kecuali bidang filsafat, bahasa dan sastra, berminat dalam bidang pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pengampunan sebagai Fondasi yang Kokoh Memperkuat Ikatan Perkawinan

15 Mei 2024   06:03 Diperbarui: 15 Mei 2024   06:32 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Seorang suami rela meninggalkan istri dan anaknya karena tekanan ekonomi. Ia merantau ke tanah orang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Saatnya tiba, sang suami pun pulang ke kampung halamannya. Tetapi, ia sangat terkejut setelah mengetahui istrinya 'main serong' dengan lelaki lain, bahkan telah melahirkan seorang anak. Dalam kehancuran hatinya, ia bersih keras berpisah. Berbagai jalan telah diupayakan, termasuk berdiskusi dengan Pastor Paroki, namun hasilnya nihil. Suatu waktu Pastor mendapatkan ide dan berkata, "Apakah kamu bersih selama empat tahun di perantauan? Beruntung kamu laki-laki, sehingga apa yang mungkin kamu lakukan di sana tidak dapat dibuktikan." Setelah menangkap kata-kata itu, sang suami pun berbalik, memeluk istrinya, dan menerimanya kembali.

Kisah tersebut menunjukkan, praktik memaafkan atau mengampuni itu sulit. Ketidakmampuan memaafkan, yang disebabkan keegoisan masing-masing pihak, menyebabkan konflik berkepanjangan, yang berujung pada ketidakharmonisan, bahkan perpisahan. Kasus perpisahan (melalui pengadilan sipil) pasangan Katolik terjadi, karena ketidakmampuan memberikan dan menerima pengampunan.

Dalam konteks Katolik, fondasi yang kokoh untuk memperkuat ikatan perkawinan adalah pengampunan. Pengampunan bukan sekadar tindakan manusiawi memaafkan kesalahan orang lain, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang mengubah hati dan merestorasi hubungan dengan kasih, serta memperkokoh hubungan dengan Tuhan dan sesama.

Artikel ini berusaha menelusuri bagaimana pengampunan dapat menjadi fondasi kebahagiaan dalam perkawinan Katolik, mengapa hal itu penting untuk memperbaiki hubungan, dan bagaimana praktik pengampunan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Pengertian Pengampunan dalam Agama Katolik

Pengampunan adalah suatu tindakan moral dan spiritual yang melibatkan pemberian maaf kepada orang lain. Dalam ajaran Katolik, pengampunan merupakan bagian integral kehidupan iman sebagai panggilan untuk meniru kasih dan pengampunan yang tak terbatas dari Tuhan. Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK 2843), "pengampunan adalah tindakan kemurahan hati dari pihak yang dirugikan yang mengampuni kesalahan, menyembuhkan luka-luka, dan menghapus permusuhan."

Dalam konteks Katolik, pengampunan berbeda dengan pembenaran. Pembenaran adalah proses ketika seseorang dinyatakan bebas dari dosa dan didekatkan dengan Tuhan melalui kasih karunia-Nya. Pengampunan adalah tindakan pemberian maaf yang diberikan oleh manusia kepada manusia lainnya. Menurut Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Dives in Misericordia (1980), "pengampunan adalah ungkapan kasih yang paling konkret, ketika orang memberikan dan menerima maaf, menyingkirkan permusuhan, dan memulihkan cinta."

Yesus Kristus sendiri mengajarkan pentingnya pengampunan. "Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang lain, Bapamu yang di sorga juga akan mengampuni kamu. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu" (Mat 6: 14-15).

Praktiknya, pengampunan dalam ajaran Katolik dimediasi melalui Sakramen Pengakuan atau Rekonsiliasi. Pasangan Katolik diundang untuk secara teratur mengaku dosa, meminta maaf, dan menerima pengampunan dari Tuhan melalui sakramen tersebut.

Pentingnya Pengampunan dalam Perkawinan Katolik

Pengampunan dilandasi ajaran Yesus yang menekankan pemberian maaf (bdk. Mat 6: 14-15). Hal yang senada diajarkan oleh Gereja (KGK 2843). Menurut Paus Fransiskus dalam ensiklik Misericordiae Vultus (2015), "kehidupan kita akan lebih harmonis dan damai jika kita mampu memaafkan dan menerima pengampunan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun