Tatkala itu saya lelah sekaligus lega. Lelah karena sejak pukul enam telah melakukan persiapan untuk penyelenggaraan senam massal. Lega sebab segala urusan terkait acara Agustusan kampung telah beres. Langsung dituntaskan begitu rangkaian acara selesai, bertepatan dengan datangnya waktu Zuhur.
Perlu diketahui bahwa kampung tempat saya berdomisili adalah kampung Islami. Jadi, azan merupakan patokan untuk berkegiatan. Prinsipnya, jangan sampai kegiatan yang kami selenggarakan menabrak waktu salat fardu. Sebisa mungkin sebelum azan telah bubaran acara.
Hal ini bukan semata-mata sebab orang sekampung selalu salat begitu azan tiba. Mayoritas memang tertib seperti itu. Senantiasa salat berjamaah di musala/masjid. Namun, kaitannya dengan lomba Agustusan adalah ... jalanan depan musala kami pakai sebagai ajang lomba. Jadi kalau lomba ramai-ramai belum kelar, yang sedang salat akan terganggu. Kalaupun lomba dijeda, tak ada jaminan orang-orang bakalan hening sesaat.
Begitulah adanya. Seseruan Agustusan tempo hari pun kami akhiri sesuai jadwal. Pas azan Zuhur. Semua peserta lomba dan penonton pulang dengan riang. Yang membawa pulang banyak hadiah pastilah yang paling riang.
Apakah yang tidak membawa pulang hadiah menangis? Tidak, dong. 'Kan sudah menikmati semangkuk soto beserta sate dan kerupuk? Ada minum yang melimpah juga.
Malah yang anak-anak mendapatkan bingkisan tanpa terkecuali. Isinya wafer, biskuit, dan susu kotak. Seperti bingkisan kalau ada bocah yang merayakan ultah. 'Kan Agustusan? Berarti merayakan ultah juga, yaitu ultah negara tercinta. Jangan lupa, kami punya banyak dana.
Yup, punya banyak dana! Itulah kunci penentu bagi kami untuk tak pelit memberikan hadiah dan suguhan kepada seluruh warga. Sebagaimana disebutkan di atas, kecemasan terbesar kami justru mengenai jumlah peserta lomba. Namun, syukurlah pada hari H jumlah peserta lomba memadai. Sememadai jumlah dana operasional yang tersedia.
Lope lope banget untuk para donatur pokoknya. Cinta mereka untuk Indonesia terwujud melalui sumbangan berupa uang, barang, dan voucher jajan.
Sebagai warga yang ikut senam massal, saya kebagian satu voucher mie ayam ceker beserta minum. Luar biasa. Saya rupanya berjodoh dengan mie ayam. Iya, betul. Mie ayam dalam voucher ini adalah mie ayam yang sama dengan yang saya makan sebelum pulang tadi.
Demikianlah pengalaman saya sebagai Panitia Lomba Agustusan Kampung. Yang ternyata lumayan menguras energi dan butuh alokasi waktu tertentu, tetapi seruuu. Apakah Anda punya pengalaman serupa?