Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sexy Killers" yang Tak Terlupakan

21 Juni 2025   22:54 Diperbarui: 22 Juni 2025   05:34 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster ajakan nonton bareng "Sexy Killers" yang waktu itu saya terima dari seorang teman (Dokpri Agustina)

Sampai sekarang "Sexy Killers masih menjadi film dokumenter yang menggoreskan kesan paling kuat di hati saya. Film fenomenal yang dirilis pada tanggal April 2019 itu memang betul-betul seksi. Keseksiannya bahkan tersimbolkan pada pemilihan waktu perilisan.

Jika Anda lupa, mari saya ingatkan. Tanggal rilis "Sexy Killers" bertepatan dengan masa tenang jelang Pilpres 2019. Jadi, tidak mengherankan kalau santer tudingan bahwa film tersebut sengaja dirilis pada masa tenang supaya masyarakat banyak yang golput.

Apakah "Sexy Killers" sebuah film politik? Sesungguhnya tidak. Minimal bukan murni sebuah film politik. Hanya saja, atmosfer yang disuguhkannya kental beraroma politik. Menyeret nama keempat tokoh yang saat itu sedang menjadi pasangan capres-cawapres RI. Plus orang-orang dekat mereka.

Tema besar "Sexy Killers" adalah penambangan batu bara dengan segala rupa dampak negatifnya. Yang selama ini tidak pernah dipublikasikan secara terbuka. Mari ingat-ingat. Bukankah yang senantiasa digaungkan hanyalah sisi baiknya?

Manfaat dari penambangan batu bara memang ada. Hanya saja, kerusakan dan kerugian yang diakibatkannya juga banyak. Adapun "Sexy Killers" secara menohok memberitahukan tentang kerusakan dan kerugian itu.

Jujur, saat menonton "Sexy Killers" itulah untuk pertama kalinya saya tersadarkan bahwa penambangan batu bara dapat menyebabkan manusia semenderita itu. Bisa memusnahkan sumber air bersih. Bisa merenggut nyawa anak-anak sebab mereka tenggelam di kolam bekas galian tambang. Sementara mestinya perusahaan tambang menutupnya lagi setelah kerja penambangan usai.

Film ini pun menyadarkan bahwa selain memusnahkan sumber air bersih dan mengancam keselamatan nyawa anak-anak, penambangan batu bara juga mengganggu kesehatan warga setempat. Belum lagi dampak kerugian lain yang bersifat ekonomis.

Dalam sebuah penambangan batu bara memang ada sisi baik dan sisi buruknya. Ketersediaan listrik untuk kehidupan yang lebih berkualitas adalah sisi baiknya. Pun, peningkatan taraf perekonomian para pemilik dan pegawai tambang. Sementara sisi buruknya, lingkungan sekitar area penggalian pastilah menjadi rusak.

Akan tetapi, idealnya sebagian keuntungan ekonomisnya dipergunakan untuk memperbaiki lingkungan yang telah rusak tadi. Tentu tak bakalan bisa kembali seperti sediakala. Namun, setidaknya dapat meminimalkan akibat buruk yang ada. Sayang sekali "Sexy Killers" mengisyaratkan kalau yang terjadi bukanlah kondisi yang ideal. Apa hendak dikata?

Walaupun saya menangkap kesan bahwa "Sexy Killers" cenderung mendiskreditkan pemerintah, tak dapat diingkari bahwa film ini sungguh mencabik-cabik perasaan. Di balik gemerlap cahaya kota dan segudang kepraktisan hidup dengan peranti serba listrik, ternyata tersimpan duka berkepanjangan milik orang-orang yang hidup di sekitar lokasi penambangan batu bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun