Kalau saya pikir-pikir, sebetulnya sejak zaman baheula pasar Ramadan dinantikan semua orang. Tidak hanya yang beragama Islam, tetapi yang beragama lain juga. Saya pun kerap berburu takjil dengan teman dan saudara yang beragama Katolik. Namun, dahulu belum memakai istilah war takjil.
Mungkin sampai di sini masih ada di antara Anda yang bertanya-tanya, "Takjil itu apa?"
Baik. Takjil adalah makanan atau minuman yang kita konsumsi ketika berbuka puasa. Disarankan kurma. Namun, masyarakat Indonesia biasanya berbuka dengan kudapan dan minuman yang bercitarasa manis.
Karena kuliner Indonesia sangat majemuk, jenis takjilnya juga beraneka ragam. Semua pun menggugah selera. Jadi, tak mengherankan kalau war takjil selalu dirindukan masyarakat Indonesia saat Ramadan. Â
Saya pikir penjelasan tentang takjil dan war takjil di atas sudah cukup. Karena Anda kini telah paham dan punya gambaran jelas tentangnya, kini tibalah giliran saya untuk bercerita sebagai peserta war takjil.
Saya beruntung sebab beberapa tahun belakangan tinggal di Gang Pasar Ramadan Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Jadi, sangat mudah untuk mengakses segala jenis takjil.
Kiranya itu sebuah privilege yang menyenangkan. Terlebih Kauman merupakan penghasil makanan tradisional yang enak-enak, yang sebagian di antaranya cuma muncul saat Ramadan.
Dapat dipastikan, saya selalu sukses memenangkan war takjil. Selalu bisa mendapatkan jajanan atau lauk yang sedang saya inginkan. Tak bakalan kehabisan karena bisa mencuri start duluan. Itulah sebabnya kadangkala ada teman yang titip beli takjil kepada saya. Sebagai upaya pengamanan.
Perlu diketahui bahwa Pasar Ramadan Kauman itu legendaris. Merupakan pionir dari pasar-pasar Ramadan lain yang ada di Yogyakarta. Oleh karena itu, atmosfernya berbeda.
Selain lokasi yang unik dan bebas polusi, jenis makanan yang dijual pun relatif lebih zadoel daripada pasar Ramadan yang lainnya. Yang menjual kudapan kekinian memang ada. Namun, jumlahnya kalah banyak dari yang zadoel.
Mengapa lokasinya saya katakan unik? Sebab berada di sebuah kampung heritage tempat lahirnya organisasi Muhammadiyah. Area berjualannya berupa lorong sempit yang memanjang (sebenarnya ini jalan kampung yang berlebar sekitar semeter). Yang otomatis menjadi gang senggol ketika pengunjung berdatangan. Itulah sebabnya semasa pandemi Covid-19 Pasar Ramadan Kauman diliburkan.