Belakangan ini rasanya wow banget menjadi rakyat Indonesia. Tiap hari ada saja kejutan-kejutan dari pemerintah dan elite penguasa/pengusaha. Di berbagai lini kehidupan. Mulai dari kejutan yang bikin senang hingga yang bikin berang. Komplet pokoknya.
Apa yang bikin senang? Antara lain tentu Timnas Garuda yang peringkat FIFA-nya lebih baik ketimbang di masa-masa terdahulu. Hanya saja, yang bisa merasa senang untuk hal ini terbatas para penggemar sepakbola saja. Yang tidak suka sepakbola pastilah tak merasakan apa-apa.
Itu pun masih ditambah dengan adanya percekcokan terkait penggawa Timnas Garuda yang makin beraroma Belanda. Pun, ribut-ribut perkara pergantian pelatihnya. Masih ditambah lagi dengan kegagalan terbaru dari Timnas Garuda U-20 yang berujung pergantian pelatih.
Astaga! Ternyata kabar dari dunia olahraga terpopuler di Indonesia pun tak sempurna bikin senang. Oke, oke. Mari cari contoh lain yang lebih bisa dirasakan bersama-sama. Selain sepakbola, kira-kira hal lain apa yang bikin masyarakat senang?
O, ya. Sepertinya kepastian bahwa beasiswa pendidikan tak terdampak kebijakan Efisiensi Anggaran adalah kabar yang juga bikin senang. Namun, perkara beasiswa ini pun terbatas bikin senang para penerima manfaatnya beserta keluarga masing-masing. Tidak dirasakan bersama-sama senegara.
Sedihnya setelah berusaha mengingat-ingat, hal-hal lain yang bikin senang bersama-sama senegara kok tidak ada lagi? Tolong maafkan saya karena betul-betul tak bisa menemukannya. Yang saya ingat justru yang bikin berang bersama-sama.
Apa yang bikin berang? Wah, banyak sekali kalau disebutkan satu per satu. Bahkan terusterang, persentase yang bikin berang saya rasakan jauh lebih banyak.
Tak usah menengok jauh ke belakang. Yang itungannya baru-baru saja pun jumlahnya sudah banyak. Antara lain kasus Rafael Alun, korupsi yang melibatkan suami Sandra Dewi, dan yang paling gres tentunya skandal BBM yang melibatkan Pertamina.
Ampun deh, yang skandal BBM itu. Badass. Sungguh mencemaskan hati sekian ratus juta orang Indonesia. Saya amat memaklumi kalau pemilik kendaraan bermotor se-Indonesia raya misuh-misuh.
Walaupun tak ikut merasa cemas dan jengkel sebab tak punya kendaraan bermotor, saya tercengang juga saat mendengar kabar skandal BBM tersebut. Kok bisa? Kalau dipikir-pikir, luar biasa tega. Mereka yang punya ide gila untuk mengoplos Pertalite sehingga jadi Pertamax itu tampaknya lupa kalau rata-rata pemilik sepeda motor notabene kalangan menengah ke bawah. Alhasil, kabar Pertamax oplosan ibarat membuat mereka jatuh dan kemudian tertimpa tangga.