Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tak Usah Cemas Berlebihan, Bebaskan Saja Anak-anak Membaca

27 Mei 2021   19:11 Diperbarui: 27 Mei 2021   19:29 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari Dunia Sophie ke Samantha dilahap semua (Dokpri)

 

"Keponakanku enggak kularang lho, Mbak, ketika ngambil buku cerita yang ilustrasi sampulnya saja bocah berjilbab. Biarin sajalah dia membaca apa pun. 'Kan malah bisa memperkaya wawasannya."

Pada detik pertama saya tak paham dengan perkataan kawan saya itu. Memangnya kenapa kalau buku cerita ada gambar bocah berjilbabnya? Bukankah sekarang banyak buku anak-anak yang begitu? Tak ada sesuatu yang istimewa, deh. Biasa saja. 

Namun, pada detik berikutnya saya teringat sesuatu. Kawan saya itu beragama Katolik. Demikian pula keponakannya yang masih SD kelas rendah.

Maka seketika saya tersadarkan bahwa perkataan kawan tersebut adalah "sesuatu". Saya menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan-pelan sebelum memberikan tanggapan.

"Hmm. Apa ada orang tua kawan keponakanmu yang melarangnya? Maksudku, karena buku ceritanya ada ilustrasi anak berjilbab, sementara yang mau baca bukan Islam, jadi dilarang?"

"Iya. Padahal, isi ceritanya tidak selalu tentang Islam banget yang khusus. Nilai-nilai yang disampaikan pun nilai-nilai kebaikan universal. Sebaliknya, aku pernah ketemu orang tua muslim yang hanya mengizinkan anaknya membaca buku keislaman. Enggak boleh membaca buku cerita umum. Baca Donald Bebek saja dilarang, lho."

Saya tercenung mendengar penjelasannya. Terus terang saja, saya tak pernah kepikiran tentang hal demikian. Selama ini saya membiarkan anak saya membaca buku apa saja asalkan sesuai usianya. Sebagaimana dahulu saya diberi kebebasan yang sama oleh orang tua.

"Wah? Bikin kepo. Bagaimana halnya dengan orang tua dari agama-agama lain yang ada di Indonesia, ya?" Gumam saya.

"Entahlah. Mbak. Semoga modelan yang kita bahas ini segelintir saja jumlahnya. Bahaya juga 'kan cara berpikirnya?"

Saya sependapat dengan kawan saya. Bahaya. Terlepas dari persoalan di atas, kadar bahaya pun masih ditambah dengan adanya orang tua yang hanya membolehkan anaknya membaca buku pelajaran. Saya bahkan punya pengalaman diprotes sesama wali murid dalam hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun