Silaturahmi adalah hal penting dalam hidup ini. Terlebih dalam hidup seorang muslim. Selain terkait dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial yang butuh berinteraksi dengan sesama, silaturahmi bagi seorang muslim juga menyentuh sisi kehidupan spiritualnya. Ada nilai duniawi dan ukhrawi dalam silaturahmi tersebut.
Ada beberapa keutamaan silaturahmi. Di antaranya mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, diluaskan rezeki dan dipanjangkan usia, sebagai kunci untuk masuk surga sekaligus menjauhi neraka, dan dapat menghapus dosa.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang senang diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi."
Pendek kata, silaturahmi yang baik dan benar memang aktivitas yang mengasyikkan, seru, sekaligus berfaedah. Cakupannya dunia dan akhirat. Dampaknya dapat dirasakan di dunia dan insyaallah di akhirat kelak.
Iya. Sudah pasti semua orang suka berumur panjang dan punya rezeki berkelimpahan. Maka tak mengherankan, banyak orang yang dengan emosional berani melanggar larangan mudik atas nama silaturahmi. Sekalipun alasan pelarangan mudiknya adalah sesuatu yang urgen, yaitu pandemi Covid-19.
Hmm. Tentu saja menurut saya, sikap para pelanggar itu kurang elok. Mestinya mereka paham latar belakang dibuatnya aturan pelarangan mudik tersebut. Bukan malah termotivasi dan memotivasi orang lain untuk melanggarnya.
Rasa rindu yang membuncah kepada orang tua/keluarga dapat dimaklumi. Keinginan untuk bersilaturahmi dengan handai tolan di kampung halaman pun dapat dimaklumi. Akan tetapi, kalau sampai menafikan keselamatan bersama, terlebih keselamatan orang tua/keluarga yang dikunjungi, rasanya kok susah untuk dimaklumi.
Bukannya saya tidak mau berempati dengan perasaan mereka. Hanya saja, bukankah ada cara-cara lain selain mudik untuk bersilaturahmi? Bukankan tidak mudik, tidak berjumpa face to face dengan orang tua/keluarga besar, tidak serta-merta putus silaturahmi?
Sesungguhnya kalau mau sedikit keras berpikir, kita bakalan bisa menemukan cara-cara solusif untuk mengatasi aturan pelarangan mudik.
Dengan demikian, walaupun buat sementara waktu hanya dapat halal bihalal daring dengan orang tua/keluarga besar nun jauh di sana, insyallah keberkahan dan keutamaan silaturahmi tetap dapat diperoleh.
Lalu, apa sajakah cara yang dapat dilakukan untuk menjaga silaturahmi di masa pandemi ini? Berikut adalah penjelasannya.
1. Tetap konsisten berkomunikasi dengan gadget
Pandemi memang membatasi mobilitas kita. Namun, kehadiran gadget canggih zaman now merupakan koentjie terjaganya komunikasi. Silakan manfaatkan gadget semaksimal mungkin untuk menyapa orang-orang terkasih di mana pun mereka berada. Belum dapat berkunjung dalam dunia nyata tak serta-merta putus komunikasi 'kan?
2. Mengirimkan hadiah
Salah satu cara menjalin silaturahmi adalah saling memberi hadiah. Jika pandemi tak memungkinkan kita memberikan hadiah secara langsung kepada seseorang nun jauh di sana, silakan kirimkan saja hadiah tersebut melalui jasa ekspedisi pengiriman barang. Kalau tak terlalu jauh malah dapat di-go send-kan saja. Selain itu, kita dapat berbelanja barang yang hendak kita hadiahkan di toko daring dan alamat kirimnya alamat orang yang hendak kita hadiahi itu.
3. Transfer uang
Kalau di luar pandemi kita terbiasa nyangoni saja saat berkunjung, tidak membawa barang-barang sebagai hadiah, malah lebih praktis. Kita tinggal transfer uang ke rekening calon penerima. Kalaupun si calon penerima tak punya tabungan, bisa nebeng di rekening milik orang lain yang tepercaya, yang tinggalnya dekat dengan si calon penerima transferan.
Silaturahmi memang sangat penting dan punya beberapa keutamaan. Terutama silaturahmi yang para pelakunya dapat saling bertatap mata secara langsung. Akan tetapi, kalau tersebab suatu hal silaturahmi luring tak dapat dilakukan, mari menyesuaikan diri saja.
Jangan terlalu terpaku pada cara dan bentuk. Seiring berjalannya waktu, cara dan bentuk berpotensi mengalami perubahan. Sementara esensinya (bagian terpentingnya) akan kekal abadi.
Salam.