Mohon tunggu...
agus suryadi
agus suryadi Mohon Tunggu... Pengajar/Guru SD -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merak yang Sombong (Dongen Anak)

20 Oktober 2018   09:37 Diperbarui: 20 Oktober 2018   10:25 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi mulai menyapa di hutan lebat nan subur. Binatang-binatang riang menyambut embun yang mulai membasahi daun. Suara kicau burung terdengar saling bersahutan. Geliat kehidupan mulai terasa kembali setelah malam melenyepkan sementara keriangan.

Di atas dahan burung Nuri dan burung Gagak sedang asik bercengkrama. Mereka adalah sahabat yang sangat akrab. Ketika mereka sedang asik bercengkrama, tiba-tiba datang burung Merak yang terkenal angkuh dan sombong. Dengan berjalan mendongakan kepala dan memamerkan keindahan bulu-bulunya yang berwarna-warni. Lalu Merak berhenti di bawah tempat Nuri dan Gagak hinggap.

"Halo kawan, selamat pagi ... senang bertemu dengan kalian," kata Merak dengan tersenyum.

"Halo juga Merak. Kabar kami baik, sepertinya kamu sedang bahagia hari ini. benarkah begitu?" tanya Nuri.

"Tentu saja aku selalu bahagia. Aku mempunyai bulu-bulu yang indah dan cemerlang. Tidak ada alasan untuk aku tidak bahagia. Memangnya si Gagak," kata Merak. Matanya menatap burung Gagak.

"Lho? ... memangnya ada apa dengan aku Merak?" tanya Gagak heran. Matanya menatap Merak dengan penuh heran.

"Ah ... aku tidak perlu panjang lebar menjelaskannya untukmu, Gagak. Kamu kan burung yang paling tidak beruntung. Bulumu hitam legam, nyaris tidak punya warna dan sangat tidak menarik. Beda sekali dengan aku yang sangat cantik jelita dan mempesona. Lihat warna-warna yang ada di buluku. Hampir semua warna ada. Bukankah begitu Nuri?" kata Merak penuh dengan kesombongan.

Merak terus memamerkan bulu-bulunya yang memang indah. Sementara Nuri hanya geleng-geleng kepala. Dan Gagak, Gagak hanya bisa tersenyum kecut. Gagak sudah terbiasa dengan hinaan Merak.

"Kamu tidak boleh berkata seperti itu Merak. Tidak baik. perkataanmu sudah membuat Gagak tersinggung. Bagaimanapun juga, Gagak adalah teman kita juga," kata Nuri menasihati Merak.

Tetapi Merak sepertinya tidak sedikitpun merasa bersalah dengan perkataannya. Merak malah tertawa dan berlalu begitu saja.

"Hahahaa ... memangnya itu kenyataannya kok. Gagak burung terjelek yang pernah aku temui, apalagi Gagak adalah burung jorok yang suka memakan bangkai! Hiy ... bau!" kata Merak. Lalu pergi dari hadapan Nuri dan Gagak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun