Mohon tunggu...
agussugeng
agussugeng Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Penderita ODHA: Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya

18 April 2019   16:00 Diperbarui: 18 April 2019   16:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyakit AIDS yang diakibatkan virus HIV merupakan penyakit yang masih menyebar  luas di seluruh dunia dan menjadi momok bagi siapapun. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang harus dihadapi, selain juga stigma   masyarakat terhadap pengidap HIV/AIDS yang masih keliru. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) adalah virus yang merusak kekebalan tubuh manusia sedangkan  Acquuired   Immune Deficiency  Syndrom ( AIDS ) merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Data yang diperoleh 

Kementrian Kesehatan Tahun 2018 tercatat 640.443 jiwa terinfeksi HIV/AIDS atau disebut sebagai ODHA. Jumlah yang sangat signifikan untuk negara yang sedang berkembang dan jumlahnya dapat bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia adalah masih tingginya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan ODHA. 

Stigma  berasal dari individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa penderita AIDS adalah merupakan perilaku abnormal yang bertentangan dengan asusila. Stigma tergambar dari  ketakutan yang berlebihan, sikap sinis hingga tidak diterimanya kembali dalam masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa orang dengan ODHA harus bertanggungjawab dan mendapat hukuman dari perbuatannya yang menularkan penyakit HIV/AIDS. Hal ini menyebabkan orang dengan ODHA menerima perlakuan yang tidak adil dan diskriminatif. Isolasi sosial dan penolakan di lingkungan masyarakat seperti dunia kerja, dunia pendidikan bahkan dunia kesehatan merupakan stigma yang sering terjadi.

Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan menyebabkan para ODHA merasa hidup sebagai orang asing dan harus menyembunyikan status sakitnya.   Keadaan yang terasingkan menyebabkan para ODHA tidak dapat hidup berkualitas dan berdampak pada program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Populasi yang beresiko akan takut untuk melakukan tes HIV karena jika dari hasil pemeriksaan hasilnya diketahui reaktif maka keberadaannya  dalam lingkungan masyarakat dikucilkan. 

Orang yang terdeteksi hasil reaktif  akan merasa takut mengungkapkan status HIV dan memutuskan menunda pengobatann sehingga berdampak menurunnya tingkat kesehatan dan penyebaran penyakit tidak bisa terkontrol. Stigma  terhadap ODHA dipengaruhi juga oleh minimnya pendidikan atau pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS. Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS yang hanya ditularkan dengan melakukan hubungan seksual yang tidak aman beresiko, berbagi jarum suntik, produk darah dan organ tubuh serta dari ibu hamil yang positif dengan HIV  dapat menularkan kepada bayinya. Virus HIV tidak menular melalui penggunaan toilet dan alat makan bersama, gigitan serangga/nyamuk, bersalaman, berpelukan atau tinggal serumah dengan ODHA.

Asumsi dari masyarakat bahwa penyakit HIV/AIDS adalah kutukan bagi pelaku amoral mempengaruhi orang bersikap dan berperilaku terhadap ODHA.  Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat yang selalu berinteraksi dengan ODHA. Peran keluarga diharapkan memiliki sikap yang positif , tidak malu, memberikan pijakan dan dukungan yang besar kepada anggota keluarga yang terkena ODHA sehingga  dapat mengurangi stigma, diskriminatif dan penolakan oleh masyarakat.  

Dukungan  sosial juga berpengaruh terhadap kualitas hidup ODHA dengan dukungan sosial yang positif  penderita HIV akan merasa tidak merasa sendiri, merasa disayangi, merupakan bagian dari masyarakat dan memungkinkan memanfaatkan layanan  kesehatan sebagai pengobatan dan pencegahan penyebaran HIV. Pemanfaatan pelayanan kesehatan juga memberikan pengetahuan, informasi terkait HIV/AIDS dan  peningkatan kepatuhan terhadap teraphi Anti-Retroviral ( ARV ) yang sedang di konsumsi. 

Selain keluarga  dan dukungan sosial, tokoh masyarakat juga memiliki peranan penting dalam merubah stigma terhadap ODHA, tokoh masyarakat diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat supaya mengubah persepsi individu, keluarga, tetangga dan masyarakat terhadap stigma. Tenaga kesehatan juga diperlukan dalam penurunan stigma terhadap ODHA termasuk meluruskan mitos dan penularan HIV/AIDS agar tidak terjadi kekawatiran dan ketakutan masyarakat terhadap ODHA. Yang perlu dilakukan adalah hidup  bersih dan sehat untuk mencegah  terjadinya penularan HIV dan tidak perlu menjauhi ODHA, supaya para ODHA dapat bersosialisasi, bekerja , berkeluarga dan menjadi bagian dari masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun