Guru dituntut untuk membuat media pembelajaran yang membuat anak betah berada dalam kegiatan pembelajaran. Dan ujung-ujungnya kreativitas dan inovasi seorang guru sangat dituntut di dalamnya.
Penguasaan teknologi sudah mampu dikuasai. Media pembelajaran pun telah tersusun dengan baik, namun kembali hal ini belum selesai. Tahapan evaluasi hasil pembelajaran yang merupakan ujung dari kegiatan pembelajaran, ternyata mendatangkan masalah baru.Â
Sebagian anak mengumpulkan tugas dengan cara meng-copy paste pekerjaan teman yang lain. Sehingga hasil pekerjaan anak tidak sesuai harapan, banyak yang mencontek, bahkan dalam kegiatan evaluasi sekali pun.
Masalah yang kalah pelik pun muncul juga pada tahapan ini. Sebagian anak tidak mengumpulkan tugas atau pun hasil ulangan. Upaya guru dengan mengumumkan lewat grup chatting ataupun menghubungi si anak langsung, tidak mendatangkan hasil.Â
Walhasil saat para guru mau mempersiapkan nilai rapor mendatangkan masalah baru. Di sisi lain anak tersebut santai saja, tidak perduli dengan kerepotan guru.
Dari berbagai gambaran tersebut, rasanya ungkapan bahwa jadi guru di saat pandemi itu perlu diralat. Fakta di lapangan justru di masa pandemi yang semua kondisi tidak normal, justru mendatangkan kesulitan besar bagi para guru. Tujuan pendidikan nasional yang begitu luhur, hanya tinggal angan-angan saja.
Lembah Tidar, 4 Oktober 2021