Mohon tunggu...
Agus Eko Kurniawan
Agus Eko Kurniawan Mohon Tunggu... -

Penerima Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas tahun 2013\r\nMagister Ilmu Lingkungan\r\nUniversitas Diponegoro Semarang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahan Bakar Alternatif Pengganti BBM, Bukan Batubara Cair!

21 November 2014   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:12 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejak Kenaikan BBM diumumkan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin malam, 17 November 2014, pro kontra kenaikan BBM masih menjadi perbincangan yang cukup hangat di semua media, baik media cetak, elektronik maupun online. Dengan terus meningkatnya kebutuhan akan BBM, maka harga BBM sulit diharapkan untuk mengalami penurunan. Karena BBM yang merupakan bahan bakar fosil hampir mustahil akan bertambah cadangannya di bumi ini.

Di sisi lain cadangan batubabara di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Dan timbul keinginan pemerintah untuk mengeksploitasinya. Salah satunya melalui Inpres No.2/2006 tentang Batubara yang dicairkan sebagai bahan bakar lain. Tetapi timbul pertanyaan, apakah ada dampak lingkungan akibat penggunaan batubara cair?

Dampak pemakaian batubara sudah di mulai sejak tahap penambangan. Batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) bila berinteraksi dengan air dan udara maka akan terbentuk asam sulfat. Jika terjadi hujan di daerah pertambangan maka asam sulfat tersebut akan bergerak sepanjang aliran air,dan akan merusak kesuburan tanah dan mencemari sungai, sehingga tumbuh-tumbuhan, ikan dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis akan mati. Penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagai gas rumah kaca.Selain itu juga menghasilkan gas-gas berbahaya yang mengancam kesehatan. Batubara yang ada di perut bumi untuk mengangkatnya tentu akan merusak profil tanah genetik, merusak vegetasi dan mengancam satwa liar dan habitatnya yang berada diatasnya. Apabila batubara cair digunakan secara luas, maka akan memicu eksploitasi yang lebih luas.

Pembuatan batubara cair tidak efisien, karena 1 ton batubara hanya dapat dikonversi jadi 2 barrel batubara cair. Bila dikaitkan dengan global warming, karbon yang terlepas selama produksi batubara cair 4-8% lebih banyak dibandingkan bensin biasa. Selain itu setiap 1 gallon batubara cair membutuhkan lebih dari 4 gallon air. Sehingga mengancam ketersediaan air bersih.

Dampak-dampak di atas menjelaskan bahwa penggunaan batubara sebagai bahan bakar alternatif berbahaya bagi lingkungan dan tidak sejalan dengan pencarian solusi masalah global warming. Daripada menggunakan batubara cair sebagai bahan bakar alternatif, lebih baik berinvestasi untuk industri energi yang lebih ramah lingkungan dan membantu kita menyelesaikan permasalahan global warming. Batubara cair, bukanlah jawaban yang tepat untuk masa depan energi dunia, dan Indonesia.

Pemerintah perlu mempertimbangkan lagi penggunaan batubara cair sebagai energi alternatif melalui tinjauan kembali atas kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan mengenai batubara cair. Lebih baik mengutamakan penggunaan energi–energi terbarukan yang secara potensi sangat melimpah di Indonesia.

“Aku lebih suka tenaga matahari
Aku lebih suka tenaga panas bumi
Aku lebih suka dengan tenaga angin
Aku lebih suka tenaga arus laut”

(Proyek 13, Iwan Fals, 1991)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun