Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerajaan yang Tak Kami Tahu Masih Ada

5 Oktober 2025   18:09 Diperbarui: 5 Oktober 2025   18:09 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wa Iim dan Wa Euis memenuhi undangan Sri Raja Rd. H. I. Lukman Soemadi Soeria. Keraton Sumedang Larang. (Sumber: Dokumen Keluarga)

Selanjutnya barangkali, di situlah letak nilai sejatinya: bahwa sejarah bukan untuk diagungkan, melainkan untuk dikenali dan diteruskan.

Jejak yang Tak Pernah Hilang

Kini, setiap kali nama Sumedang disebut, kami tidak lagi hanya teringat pada tahu dan cilembu. Kami teringat bahwa di balik itu semua, ada sebuah keraton yang masih berdiri sunyi tapi bermakna, tua tapi berdenyut.

Mungkin sebagian orang masih menganggap kisah seperti ini dongeng. Tapi bagi kami, ini bukti bahwa warisan budaya tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menunggu ditemukan kembali oleh generasi yang bersedia menelusuri jejaknya.

Selanjutnya ketika jejak itu ditemukan, bukan rasa bangga yang tumbuh, melainkan rasa syukur bahwa kami masih bagian dari cerita panjang yang membentuk siapa kita hari ini.

Kami yang di rumah hanya bisa mengangguk pelan. Antara takjub, geli, dan entah bagaimana, sedikit terharu. Seolah-olah sebuah cerita lama yang nyaris hilang tiba-tiba menemukan bentuknya kembali.

Namun tetap saja, kami tak ingin terlalu larut. Bagi kami, gelar dan garis darah hanyalah bagian kecil dari kehidupan yang lebih besar. Sejak dulu, keluarga kami tumbuh dari kerja keras, bukan warisan kebangsawanan. Wa Iim sendiri lebih dikenal sebagai sosok humoris yang ringan tangan membantu siapa pun.

Meski begitu, di sela canda-candanya, Wa Iim meyakinkan kami, "Jejak kerajaan itu masih ada, hanya saja kita lupa mencarinya." Kalimat itu lama-lama terdengar seperti refleksi, bukan sekadar candaan. Bahwa setiap keluarga, sekecil apa pun, punya sejarah yang layak dikenali dan disyukuri.

Saya pun merenung. Mungkin benar, setiap keluarga membawa sisa masa lalu yang tak sepenuhnya hilang. Ada jejak darah, kisah, dan nama yang mengalir pelan dalam diri kita, meski tak terlihat. Kadang sejarah itu tertidur di balik cerita-cerita sederhana, dan baru bangun ketika ada yang berani menelusuri.

Kisah Wa Iim ke keraton mungkin bukan sekadar tentang silsilah atau gelar, melainkan tentang pencarian identitas. Tentang rasa ingin tahu: dari mana kita berasal, siapa nenek moyang kita, dan apa yang mereka wariskan bukan dalam bentuk mahkota atau gelar, melainkan nilai-nilai hidup yang membuat kita tetap berdiri tegak hari ini.

Mungkin, seperti yang Wa Iim alami, sejarah itu memang tidak harus megah. Ia bisa muncul lewat perjalanan kecil, dari orang biasa yang tiba-tiba dipanggil ke tempat bersejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun