Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pulang Menjelang 17 Agustus: Gapura, Kenangan, dan Rasa Rumah di Cisalak

10 Agustus 2025   23:22 Diperbarui: 11 Agustus 2025   18:24 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapura HUT RI ke-80 Kp. Junti Cisalak-Subang, 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Pendahuluan

Di tikungan jalan menuju kampung halaman, gapura merah putih berdiri gagah di tepi sawah. Seakan melambaikan tangan kepada siapa pun yang datang. 

Warna-warna tentang HUT RI, membangkitkan rindu akan masa kecil: lomba panjat pinang, suara tawa anak-anak, dan aroma tanah basah selepas hujan.

Berangkat dari Bekasi hari Jum'at sore tanggal 8 Agustus 2025 menuju Cileunyi-Bandung. Lalu lintas lancar di ruas tol Cikampek-Kalihurip hingga keluar di gerbang Padalarang-Cileunyi, hanya memakan waktu sekitar dua jam. 

Mencari Bahan Tulisan di Cileunyi

Di rumah mertua, saya sempat berniat mengunjungi Pasar Rancaekek tapi rencana itu batal. Dua hari dua malam pun berlalu tanpa banyak aktivitas. 

Di sela waktu saya melihat guci peninggalan almarhum ayah mertua, sebuah guci reproduksi modern yang meniru keramik dari masa tertentu. Saya ingin menulis tentangnya, tapi kurangnya referensi membuat cerita itu terhenti sebelum dimulai.

Guci pajangan di Cileunyi. 9/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Guci pajangan di Cileunyi. 9/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Perjalanan Pulang ke Cisalak

Minggu/ 10 Agustus 2025, saya memutuskan pulang ke Bekasi dengan rute memutar melewati Cisalak tanah kelahiran saya. Bukan sekadar untuk berziarah, tapi juga menengok domba yang saya pelihara bersama saudara, serta menikmati suasana menjelang perayaan 17 Agustus.

Gapura HUT RI ke-80 di Kampung Junti berdiri di jalan masuk, kini diapit rumput liar yang menutupi bekas sawah berlumpur tempat kami dulu mengadakan lomba panjat pinang. Di sekitarnya, warga mulai memasang lampu dan menyiapkan berbagai lomba untuk hari kemerdekaan.

Gapura HUT RI ke-80 Kp. Junti Cisalak-Subang, kini samping kiri kanan ditumbuhi rumput liar. 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gapura HUT RI ke-80 Kp. Junti Cisalak-Subang, kini samping kiri kanan ditumbuhi rumput liar. 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Saung, Domba, dan Kehangatan Keluarga 

Di kebun, domba-domba sibuk memilah rumput. Tak ada motif ekonomi besar di sini, niat saya hanya menjaga tali silaturahmi. Kalau pun nanti ada hasil, biarlah menjadi kambing guling untuk syukuran bersama warga.

Kandang domba keluarga Cisalak-Subang, 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kandang domba keluarga Cisalak-Subang, 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Di sela makan keluarga saya diajak melihat sebuah saung di atas kolam, tempat kami bisa menginap bersama. Dari pintunya saya memandang hamparan sawah, mendengar gemercik air, dan membayangkan kabut tebal menyelimuti pagi. 

Semua itu membuat saya merenung, betapa besar usaha keluarga di kampung menyambut kami dengan apa adanya: hangat, tulus, tanpa pamrih.

Saung tempat kami menginap sekeluarga, Cisalak-Subang 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Saung tempat kami menginap sekeluarga, Cisalak-Subang 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Jalan Pulang yang Penuh Kenangan

Hari itu saya tak bisa menginap, karena esok harus kembali bekerja. Namun, saya berjanji akan kembali dan menginap suatu saat nanti. 

Di perjalanan pulang, ikon-ikon Subang menyapa: deretan penjual nanas, kebun teh Jalancagak, hingga tugu patung nanas yang berdiri gagah. Saya beranjak meninggalkan Cisalak-Subang menuju Bekasi, Untuk kembali suatu saat nanti. 

Deretan penjual nanas Subang 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Deretan penjual nanas Subang 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Kebun teh Jalancagak-Subang 10/8/2025 (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kebun teh Jalancagak-Subang 10/8/2025 (Sumber: Dokumen Pribadi)

Tugu patung nanas Jalancagak-Subang 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Tugu patung nanas Jalancagak-Subang 10/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Penutup

Di Setiap perjalanan pulang, saya merasa kembali ke akar. Di Cisalak, waktu seolah berjalan pelan: gapura 17an berdiri anggun di tepi jalan, rumput liar menari di sisinya, domba-domba memilah rumput dengan damai, dan saung sederhana menunggu siapa saja yang rindu bermalam di bawah selimut kabut pegunungan.

Semuanya di sini tak diukur dengan jamuan mewah atau materi, melainkan dengan hati yang terbuka dan senyum yang tulus. Jalan pulang mungkin berliku, melewati deretan penjual nanas, kebun teh, serta tugu nanas yang berdiri gagah.

Tapi setiap belokan membawa saya semakin dekat ke rumah, rumah tempat tinggal, rumah yang bersemayam di hati.

Karena sejauh apa pun saya melangkah pergi, Cisalak selalu menunggu... dengan kenangan, kehangatan, dan rasa kembali ke akar yang tak pernah pudar.

Sebagai pelengkap, berikut saya sertakan video dokumentasi perjalanannya:


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun