Pendahuluan
Obrolan ringan selepas Idul Adha, biasanya ditemani semangkuk gulai atau sate kambing yang baru matang. Tapi di balik kehangatan meja makan, ada serupa komentar yang hampir selalu muncul:
"Entah kenapa ya, daging kurban itu rasanya beda... kadang anyep, kadang bau amisnya kuat banget."
Saya pun pernah berpikir begitu. Mungkin karena jumlahnya yang melimpah saat Idul Adha, kita jadi cepat bosan. Atau mungkin karena banyak yang mendapatkannya dalam kondisi mentah dan langsung dimasak tanpa pengolahan khusus.
Tapi setelah mendengar keluhan serupa dari teman-teman dan keluarga, bahkan yang jago masak sekalipun, saya jadi bertanya-tanya:
Apa iya rasa daging kurban memang berbeda? Dan kalau iya, kenapa?
Sebagai penulis amatir yang suka membagi cerita dan belajar dari berbagai sumber, saya mencoba mencari jawabannya. Ternyata, jawabannya cukup kompleks. Tapi jangan khawatir, saya akan coba jelaskan dengan bahasa sederhana.
1. Rigor Mortis: Daging Belum Siap Dimasak
Daging hewan yang baru disembelih akan mengalami proses alami yang disebut rigor mortis yaitu fase ketika otot menjadi kaku. Dalam dunia industri daging, ini bukan masalah besar karena mereka punya waktu dan alat untuk mendiamkan daging selama 1-2 hari di suhu rendah. Proses ini membuat daging lebih empuk dan rasa gurihnya keluar.
Namun, pada momen kurban, daging biasanya langsung dibagikan dan dimasak. Hasilnya? Daging bisa terasa alot dan hambar, karena belum sempat melalui proses pelayuan alami.
2. Stres Hewan Sebelum Disembelih Berpengaruh