Sekitar sebulan yang lalu, datanglah seekor kucing kerumahku. Warna bulunya putih dan hitam, termasuk jenis apa saya gak paham, maklum bukan pecinta kucing. Saat dia datang, saya cuekin saja, saya biarkan dia mengeong semaunya. Telinga kututup, pintu rumah juga kututup, saya biarkan dia diluar rumah, dan berharap pemilik asli mencarinya, atau dia berusaha mencari jalan untuk pulang.
Keesokan paginya ketika pintu rumah kubuka, ternyata kucing tersebut masih di rumahku. Dia mengeong lagi, kali ini suaranya lebih lirih, kepalanya di gesek-gesekan ke kakiku. Saya perhatikan tubuhnya yang kurus, tanda mungkin beberapa hari ini belum makan, matanya yang sayu seperti mengiba. Saya tak tega melihatnya, saya carikan ikan yang tak campur dengan nasi untuk dia makan. Hal yang sama di lakukan almarhumah Mak E, ketika memberi makan kucing sewaktu saya masih kecil.
Saya berfikir setelah diberi makan dia akan pergi, melanjutkan perjalanan mencari jalan pulang, ternyata salah dia merasa nyaman dan memutuskan untuk tinggal di rumahku. Sebenarnya istri dan ketiga anakku tidak begitu suka dengan kucing, selain takut dengan cakarnya, kalau BAB sembarangan akan membuat rumah jadi kotor. Gak tahu ya, apakah insting semata, atau si kucing paham bagaimana cara mendapatkan hati kami. Di hari kedua dia berhasil menangkap tikus, hari ke ketiga dan keempat juga sama, strike.
Di hari - hari berikutnya si kucing telah menjadi bagian dari keluarga kami. Dia telah menjadi sahabat buat Xaxa dan Eda mereka bertiga, suka main barang, mengelus bulunya dan juga menggendongnya, istriku pun telah bisa menerima keberadaannya, buktinya dia selalu membelikan ikan secara rutin pas belanja. Kecuali Ina, dia masih takut, masih gak berani mendekat, dan teriak jika didekati si kucing.
Karena telah menjadi bagian dari keluarga kami, maka harus dikasih nama dong. Dan kita sepakat memberi dia nama "Kenzi". Padahal dia berjenis kelamin betina kog di kasih nama itu? Gak apa dia gak bakalan proteskan!. Terinspirasi saja dari kisah Kenshin Himura sang " Batousai' yang telah lelah menjadi pembunuh bayaran dan berusaha insaf dan memperbaiki diri, dan mengubah kisah kelam masa lalu, dengan kebaikan. Bagaimana kalau kucingnya pergi atau pemilik aslinya meminta Kenzi kembali? Gak apa, toh memang dia bukan milikku. Poinnya adalah bukan memiliki Kenzi atau tidak, tapi melihat dia bahagia itu lebih penting, lagian kalau kita paham, bahkan tubuh dan nyawa kita bukan kita kog pemiliknya.