Mohon tunggu...
agus budiarta
agus budiarta Mohon Tunggu... profesional -

setiap langkah gerakan riil lebih penting dari selusin program

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rontoknya Calon-calon Bupati PDI Perjuangan di Kandang Banteng

10 Desember 2015   13:07 Diperbarui: 11 Desember 2015   12:24 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Antusiasme Masyarakat Ketika Mengikuti Kampanye Terbuka PDI Perjuangan Pada Pemilu Legislaif Tahun 2014, di Lapanggan Denggung, Sleman Yogyakarta (foto : dok. pribadi)"][/caption]

Pesta Demokrasi ditingkatan lokal dalam balutan Pilkada yang diselenggarakan secara serentak untuk pertama kalinya tanggal 9 Desember 2015,  telah dilalui dan hasilnya sudah diketahui oleh masyarakat lewat hasil hitungan cepat dari berbagai lembaga survey.

Hasil - hasil perhitungan cepat di berbagai daerah,  banyak menyita perhatian masyarkat, hal ini terjadi lantaran banyak kejutan khsususnya terkait hasil pilkada di beberapa daerah. Salah satu kejutan adalah rontoknya berbagai pasangan calon incumbent. Selain itu, kejutan lainnya adalah rontoknya suara para calon di daerah yang selama ini menjadi lumbung suara partai politik tertentu dalam perhelatan pemilu legislatif mapun presiden.

Salah satu partai politik yang rontok di kandangnya adalah PDI Perjuangan di DIY. Sejak pemilu tahun 1999, PDI Perjuangan selalu menjadi pemenang di DIY, baik untuk pemilu nasional maupun untuk tingkat lokal DIY. Pun demikian dengan kabupaten/kota di DIY, PDI Perjuangan selalu unggul dalam setiap pemilu legislatif. DIY cukup terkenal sebagai salah satu basis atau kandang banteng di Jawa.

Sebagai gambaran umum saja, pada pemilu legislatif 2014 kemarin, PDI Perjuangan unggul di semua tinggkatan di DIY.  Untuk DPR RI PDI Perjuangan mampu mengirimkan 2 wakilnya ke senayan, sedangkan 6 kursi lainnya masing-masing didapat oleh 6 parpol yang berbeda .  Untuk DPRD DIY, PDI Perjuangan mampu meraih 14 kursi, sangat jauh perbedaannya dengan urutan kedua PAN yang hanya memperoleh 8 kursi. Demikian pula dengan 5 kabupaten/kota di DIY, PDI Perjuangan keluar sebagai pemenang dan menempatkan salah satu anggotanya sebagai ketua DPRD.

Dengan gambaran yang ada dan juga di barengi dengan sejarah DIY sebagai  kantongnya kaum nasionalis maka tidak mengherankan dalam pilkada serentak yang dilakasanakan 9 Desember 2015, PDI Perjuangan mengajukan calon-calon terbaiknya guna bertarung dalam pilkada. Namun apa yang terjadi, hasil perhitungan cepat dari berbagai lembaga survey serta data dari real count masing-masing tim sukses memperlihatkan bahwa semua pasangan calon yang diusung PDI Perjuangan, gagal total alias kalah bersaing dengan pasangan calon yang diusung oleh partai lainnya.

Di Sleman, pasangan PDI Perjuangan yang berpasangan dengan calon dari Gerindra, Yuni Satia Rahayu-Danang Wicaksana, kalah dari pasangan incumbent,  Sri Purnomo-Sri Muslimatun yang diusung oleh PAN, GOLKAR, NASDEM, PKB, HANURA, Partai Demokrat. Dari sisi ketokohan, Yuni Satia Rahayu merupakan wakil bupati incumbent. Pasangan Yuni – Danang hanya mampu meraih 226.504 suara, kalah jauh dibandingkan dengan perolehan Sri Punomo – Sri Muslimatun yang meraup suara sebesar 297.128 suara.   

Di Gunung Kidul, PDI Perjuangan mengusung sendiri pasangan calonnya tanpa berkoalisi dengan parpol lainnya. PDI Perjuangan mengajukan pasangan Djakung Sujarwadi berpasangan dengan Endah Subekti. Lagi-lagi pasangan ini dikalahkan oleh pasangan incumbent  Badingah-Imam Himawan. Pasangan PDI Perjuangan hanya mampu meraih 98.904 suara atau 24, 26 persen, kalah jauh dengan pasangan pemenang Badingah – Himawan sebesar 162.382 suara atau 39,83 persen.

Di Bantul pasangan calon dari PDI Perjuangan lebih tragis lagi.  Selama ini Bantul menjadi salah satu lumbung suara terbesar untuk PDI Perjuangan. Maka tidak heran DPI Perjuangan Bantul mengusung sendiri pasangan incumbent  Sri Suryawidati Samawi berpasangan dengan Misbakul Munir. Pasangan PDI Perjuangan kalah telak dari pasangan Suharsono dan Abdul Halim Muslih yang diusung oleh Partai GERINDRA dan PKB.  Pasangan PDI Perjuangan hanya mampu memperoleh 215.750 suara sementara sang pemenang Harsono – Misbakul mendapatkan 249.023 suara.

Kekalahan 3 pasangan calon PDI Perjuangan di 3 kabupaten yang menjadi kandang banteng di DIY, kira menjadi bahan evaluasi seluruh jajaran pengurus serta sayap partai PDI Perjuangan di DIY.  Catatan penulis dalam mengamati dinamika gagalnya 3 pasangan calon bupati dari PDI Perjuangan yang bertarung di Pilkada tahun 2015 ini adalah pertama; PDI Perjuangan gagal membaca kekuatan eletabilitas calon. Akibatnya calon yang didorong maju sulit bersaing dengan pasangan lain yang cukup populer di masyarakat.  Kedua; PDI Perjuagan kelewatan percaya diri. PDI Perjungan merasa calonnya sulit dikalahkan sehingga lupa untuk konslodasi semua jaringan, dan merangkul semua pihak.  Ketiga, kerja tim sukses yang tidak maksimal dan kurang membaca pergerakan lawan menjadi salah satu kelemahan kalahnya pasangan calon dari PDI Perjuangan.     

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun