Hari-hari ini disetiap malam, ketika saya bersama keluarga nonkrong di depan televise dan mencet remote untuk stasiun televise yang tergolong favorit karena menyuguhkan beragam acara untuk anak-anak di jam-jam kita istirahat, sebut saja tv global, dan empat saluran tv swasta lainnya yang berada dalam satu group besar yang tidak perlu saya sebutkan mereknya disini (untuk menjaga privasi dan kenyamanan pemberitaan) dan selalu memunculkan iklan dengan partai dengan lagu mars cirikhasnya yang tentunya tidak terdengar asing lagi ditelinga.
Namun ada yang baru akhir-akhir ini ketika muncul iklan di jam istirahat malam, ada sisipan iklan akan salah seorang sosok yang begitu ngebet kali untuk bersaing menjabat DKI satu. Sosok yang begitu ingin mengalahkan popularitas dan elektabilitas tinggi yang dimiliki oleh sang petahana yang seakan-akan tidak peduli dengan segala kritikan bahkan hujatan dan sosok yang selalu menuai kontroversi bernama Basuki Tjahaja Purnama
, alias AHOK. Di kala sang Incumbent ini masih sibuk ngurusi Jakarta dan belum menentukan pilihan apakah meminang partai, menerima pinangan partai atau tetap jalan lewat jalur #TemanAhok alias independent, Sandiago Uno yang selanjutnya diberi inisial SU telah lebih dahulu tepe-tepe alias tebar-tebar pesona lewat media yang dipercaya beberapa kalangan bisa membuat seseorang atau sosok terkenal secepat kilat, media televise.
Mas SU, seseorang yang tidak saya kenal sama sekali, tapi akibat ‘perseteruan’-nya dengan sang DKI satu, Ahok dan kegencarannya serta kengototannya mencalonkan diri menjadi DKI satu, mendadak menjadi terkenal dan memaksa saya untuk searching di dunia maya, siapa sih mas SU ini? Dan mengapa dia ngebet kali untuk head to head serta menghalalkan segala cara agar mendapat dukungan maksimal, termasuk dengan mencuri start kampanye lewat media televise? SU dikenal sebagai pengusaha muda yang namanya tiba-tiba melejit ketika tersangkut panama papers dan selalu memprotes kebijakan-kebijakan Ahok, terutama masalah penggusuran yang gencar memang dilakukan oleh Ahok demi Jakarta yang lebih baik.Â
SU menjadi sosok yang berada di jalur depan yang menentang segala bentuk penggusuran maupun kebijakan-kebijakan lai oleh Ahok yang notabene agar wajah Jakarta lebih menjadi baik. SU dengan segala daya upayanya terlihat memang begitu bernafsu untuk menjungkalkan sang Incumbent ini dari kursi DKI satu di Pilgub yang akan dilaksanakan medio Februari 2017.
Ahok Senang Berduel Dengan SU
Ketika SU sadar bahwa melawan AHOK harus mengerahkan semua kemampuan, baik itu internal maupun eksternal, maka balon (bakal calon) Gubernur DKI inipun mencuri start kampanye untuk mencari dukungan sebanyak-banyaknya, pasalnya dari hasil suvey yang dia terima per akhir Agustus dari Survey Populi Center misalnya, SU hanya memperoleh 7,5 persen suara jauh dari Ahok 46,8 persen suara yang membuat SU pusing tujuh keliling dan menghalalkan segala cara untuk meraih minimal 33 persen suara yang belum tentu memilih sang petahana. Bukti kekalutan SU terlihat dari ucapannya, “Tugas saya berat karena ada disebut pendukung die hard-nya beliau 17 persen," ujar Sandiaga pada diskusi Pilgub di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (27/8/2016).
Meski begitu, SU menyebut masih ada sekitar 40 persen pemilih yang belum menjatuhkan pilihan di Pilgub DKI 2017. Pemilih itulah yang akan dia tarik untuk memilihnya. "33 persen tidak akan memilih incumbent, yang belum menjatuhkan pilihan atau undecide voter antara 30-4 persen.Â
Nah, di sini saya perlu turun ke bawah menyerap aspirasi mereka, mengedepankan hati dan pikiran," jelas SU. SU menargetkan dapat merebut perhatian para pemilih yang tidak akan memilih petahana, untuk memilih dia, termasuk dengan membayar atau menerima tawaran dari media agar konsisten memampangkan wajah dan program-program yang dibuat semenarik mungkin dan menjadi seakan-akan adalah pemimpin idaman Jakarta di Pilgub DKI nanti untuk menggulingkan Ahok.
Ahok Malah Meremehkan SU
Namun, bukan Ahok namanya jika bukan menebarkan kontroversi. Melihat sang calon lawan sudah menebarkan ‘ancaman’ dan ‘genderan perang’ dengan mencuri start kampanye agar berharap bisa menjadi Gubernur yang lebih baik dari sang petahan, Ahok malah santai dengan berkomentar seperti ini, “Banyak aktivis '98, aktivis '66, komentator, dulu hebat-hebat semua, setelah jadi pejabat gimana?", di Balai Kota DKI, Kamis, 17 September 2015 ketika dimintai komentarnya. Yang lebih parah lagi, Ahok menilai SU belum pantas mencalonkan diri jadi Gubernur, karena beliau tidak punya pengalaman menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Ini yang menjadikan Ahok yakin jika SU bukanlah penantang serius dia di Pilgub DKI.