Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

BBM Resmi Naik, Akankah Gaji Naik?

9 September 2022   10:49 Diperbarui: 9 September 2022   11:05 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BBM Naik, Gimana dengan Income? Naik jugakah? sumber foto : finance.detik.com

Konon lagi, dari sumber katadatadotcodotid, ketidakstabilan geopolitik global jadi pemicu lonjakan harga minyak dunia. Kondisi ini jelas-jelas menjadi pendorong selisih harga minyak dunia dengan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia semakin besar. Jika tidak diatasi, maka Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) akan jebol dan berpotensi mengguncang perekonomian nasional.

Karena itu, pemerintah bakal mempertimbangkan kenaikan harga BBM dengan cara mengurangi subsidinya untuk meringankan tanggungan APBN.

Per bulan Agustus 2022 nanti, harga eceran bahan bakar minyak alias BBM bersubsidi bahkan jauh dari harga keekonomian.

Berdasarkan asumsi Harga Minyak Indonesia (ICP) US$ 105/barel, harga riil Solar yang seharusnya dijual di pasaran adalah Rp13.950 per liter, namun karena disubsidi pemerintah harga jual eceran solar saat ini masih Rp5.150 per liter sehingga selisih harganya mencapai Rp8.800 per liter. Artinya 63,1 persen harga solar disubsidi pemerintah.

Begitu pula Pertalite. Harga riil bensin ini seharusnya Rp14.450 per liter, tapi harga eceran masih Rp7.650 per liter karena Pertalite disubsidi pemerintah. Selisih harga riil dengan harga eceran mencapai Rp6.800 per liter atau subsidi pemerintah mencapai 47,1 persen.

Untuk Pertamax, harga riil seharusnya Rp17.300 per liter berdasarkan harga Bensin RON 92 pada Agustus 2022, tapi harga jual eceran Rp12.500 per liter. Selisih harga Rp4.800 atau 27,7 persen yang ditanggung.

Terakhir, harga LPG 3kg seharusnya Rp18.500 per kg. Namun, harga jual ecerannya cuma Rp4.250 per kg. Alhasil, selisih harga sebesar Rp14.250 atau sebesar 77 persennya di subsidi oleh pemerintah melalui Pertamina.

Faktor lain, seperti pelemahan nilai rupiah dari Rp14.450/US$ menjadi Rp14.898/US$ per 29 Agustus 2022 juga mempengaruhi mengapa subsidi BBM dikurangi.

Belum lagi mobilitas masyarakat yang kembali normal pasca pagebluk Covid-19 dinyatakan berakhir, juga mempengaruhi peningkatan volume konsumsi BBM. Konsumsi pertalite menjadi 29,07 juta Kilo Liter (KL) dari sebelumnya 23,05 juta KL. Lalu, solar menjadi 17,4 juta KL dari sebelumnya 15,1 juta KL.

Itulah secuil faktor mengapa harga bahan bakar bersubsidi harus dinaikkan oleh pemerintah dan memang ibarat simalakama tadi, jika tak dinaikkan maka ketakutan menteri keuangan akan jebolnya APBN dengan keseringan memberikan subsidi dari APBN plus yang katanya bahwa BBM bersubsidi kebanyakan digunakan oleh orang-orang yang justru mampu, menjadi faktor penyebab mantapnya pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

Namun, akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak itu telah menjadi boomerang ditengah-tengah masyarakat. Bukan rahasia umum lagi bahwa kenaikan harga BBM akan selalu menjadi santapan para mahluk-mahluk yang doyan berdemo dan amunisi bagi oposisi pemerintah untuk melakukan aksi demo berhari-hari bahkan berjilid-jilid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun