Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pemilu 2019 Dipuja di Luar Negeri, Berbuah Dilema di Negeri Sendiri

6 Mei 2019   07:13 Diperbarui: 6 Mei 2019   12:05 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk ajakan menjaga persatuan dan tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang belum jelas terpasang di Kemanggisan, Jakarta Barat, Jumat (3/5/2019). Spanduk seperti ini bertebaran di sejumlah titik untuk mengajak menjaga perdamaian pascapemilu serentak yang baru saja digelar. | Foto:KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Belum lagi teror dari para timses maupun pendukung Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, juga dari para saksi maupun pendukung Calon Legislatif yang duduk satu meja saat perhitungan hingga rekap suara ke formulir C1. 

Ini sungguh menjadi beban dan pekerjaan super berat yang membutuhkan tidak hanya stamina yang kuat, tetapi mental dan pemikiran yang kuat, sehingga banyak anggota petugas penyelenggara pemilu yang meninggal maupun jatuh sakit.

Anggota KPU Divisi Sumber Daya Manusia, Evi Novida Ginting, dalam siaran pers yang diterima Senin (29/4/2019), mengatakan santunan tersebut berlaku bagi penyelenggara pemilu yang mengalami kecelakaan kerja terjadi sejak Januari 2019 hingga berakhirnya masa tugas mereka. Berdasarkan surat Menteri Keuangan tertanggal 25 April 2019, besaran santunan yang diberikan antara lain:

Bagi petugas yang meninggal dunia Rp 36 juta, cacat permanen Rp 30 juta, luka berat Rp 16,5 juta, dan luka sedang Rp 8,25 juta. Besaran ini angka maksimal yang tidak boleh dilampaui.

Pemilu Dipuja Luar Negeri, Dilema Karena Banyaknya Korban Jiwa. (sumber gambar: rmco.id)
Pemilu Dipuja Luar Negeri, Dilema Karena Banyaknya Korban Jiwa. (sumber gambar: rmco.id)

Format Pemilu Dirombak Kembali?

Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, Muhammad, menyampaikan, berdasarkan data terakhir, ada 72 petugas pengawas pemilu di bawah Bawaslu yang meninggal. Sementara petugas pemilu di bawah KPU yang meninggal berjumlah 304 orang. Sementara ribuan lainnya sakit.

Ini menjadi catatan kelam dari Pemilu 2019 yang sebenarnya tujuannya sangat baik untuk menghindari pemerintahan terbelah, dimana hasil pemilu-pemilu tidak serentak, mengakibatkan pejabat eksekutif terpilih tidak mendapat dukungan mayoritas parlemen hasil pemilu. Hal ini terjadi karena parpol atau koalisi parpol pendukung pejabat eksekutif yang terpilih berbeda dengan parpol atau koalisi parpol yang menguasai mayoritas parlemen.

Dengan peta politik seperti itu, setiap rancangan kebijakan dari eksekutif cenderung ditolak oleh parlemen atau sebaliknya, sehingga mengakibatkan pengambilan keputusan berlarut-larut, sehingga pemerintahan tidak efektif.

Akan tetapi faktanya dengan melakukan Pilpres serentak, dimana calon presiden dan wakil presiden serta calon legislatif dipilih secara serentak ternyata memakan korban jiwa, maka format pemilu bisa dirombak kembali, bukan kembali ke sistem pemilu yang lama, karena jelas pemilu gaya lama, dimana pilpres dan pilkada dipisahkan dari pemilu legislatif, telah menciptakan pemerintahan terbelah.

Yang harus dilakukan adalah menciptakan format pemilu yang tidak menyulitkan pemilih, peserta, penyelenggara pemilu, sekaligus mampu menghindari terbentuknya pemerintahan yang terbelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun