Mohon tunggu...
Agustine Ranterapa
Agustine Ranterapa Mohon Tunggu... Guru

Aku seorang Guru SD. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak pernah berjalan diatas air dan aku juga tidak mampu membela lautan. Tetapi yang aku tahu, aku adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mencintai anak-anak didikku. Karena menurutku seni tertinggi seorang guru adalah bagaimana ia menciptkan kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan". Alhamdulillaah ditakdirkan menjadi seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ruang Rindu Edelweys: Merajut Harapan Dari Titik Nol

30 September 2025   03:03 Diperbarui: 30 September 2025   05:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kegalauan ini, aku menemukan satu lagi alasan untuk bersujud syukur. Jika di masa lalu, beberapa orang berkata bahwa mereka beruntung bisa bersahabat denganku karena kesetiaan yang kuberikan, hari ini, akulah yang sesungguhnya yang paling beruntung. Aku beruntung karena Allah memberiku seorang sahabat sejati, seorang yang mencintaiku tanpa syarat, yang menerima diriku apa adanya. Ia hadir bukan dengan kata-kata manis, melainkan dengan kehadiran yang menenangkan, dengan telinga yang siap mendengar keluh kesah, dan dengan hati yang tidak pernah menghakimi. Ia adalah cermin kebaikan yang kian melengkapi kelemahanku, dan dalam matanya, aku melihat pantulan kasih sayang yang tulus, seolah ia adalah perpanjangan dari rahmat-Nya di dunia ini. Ia adalah anugerah terindah yang Allah titipkan kepadaku di tengah badai ini.

Ketahuilah, wahai diri, bahwa badai pasti berlalu. Tidak ada kegelapan yang abadi. Tidak ada ujian yang diberikan tanpa batas waktu. Ujian ini adalah sebuah fase, sebuah jembatan yang harus kita lalui. Di ujung jembatan itu, ada kebahagiaan yang jauh lebih besar dari apa pun yang pernah kita bayangkan. Mungkin kita tidak akan pernah mengerti hikmah di balik semua ini, tapi iman kita harus mengajari kita untuk yakin bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya terpuruk tanpa alasan. Ia menguji kita, bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menguatkan, untuk membersihkan, dan untuk mengangkat derajat kita. Ujian ini pasti akan berlalu, dan harapan itu akan selalu ada, selama kita tetap menggenggam-Nya. Jangan pernah lepaskan tali harapan itu, meskipun tanganmu gemetar.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)

"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

Ingatlah, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286). Dan seperti yang dikatakan para ulama, "Ujian itu bukan untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan." Teruslah melangkah, walau langkahmu kecil, karena setiap langkahmu menuju-Nya akan dibalas dengan beribu-ribu kebaikan.

||Dalam Ruang Rindu Edelweys||30 September 2025||

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun