Adakalanya kita bertemu dengan seseorang, setiap hari apa yang kita lihat dan komunikasi yang dilakukannya terasa biasa-biasa saja. Padahal orang tersebut apabila dilihat latar belakang pendidikannya, pengalaman hidupnya sungguh  luar biasa banyak. Namun kesehariannya yang kita lihat ya begitu-begitu saja, namun apa yang dikomunikasikannya mempunyai bobot kualitas yang baik dan bernilai bagi siapapun yang bertemu dengannya. Ada juga seseorang lainnya yang berlimpah materi, namun setiap kegiatannya terkadang biasa-biasa saja, seperti menggunakan taksi online, pakaiannya jauh dari kesan merah dan glamour.
Kondisi sebaliknya ada juga seseorang yang tampil tinggi hati, baik dalam hal materi ataupun kapasitas keahlian dan keilmuannya yang dimiliki. Bisa jadi merupakan suatu makna penegasan bagi siapapun yang bertemu dengannya, seseorang tersebut ingin mendapatkan validasi dari orang-orang lain atau sekelilingnya. Dua kondisi realitas ini sah-sah saja, bagi siapapun yang ingin tampil diruang publik, sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri manusia yang selalu ingin dihormat dan di hargai.
Dalam konteks kehidupan sosial tentunya, kita ingin mendapatkan suatu kehidupan yang didasari oleh kedekatan, kebersamaan atas dasar saling menghormati,  menghargai dan saling menjaga. Dengan adanya kondisi normatif tersebut, kita akan merasakan perjalanan  hidup yang kita Jalani akan senantiasa berjalan dengan baik, lancar dan sukses. Kita ada karena ada orang-orang disekeliling kita. Namun orang-orang disekeliling kita  bisa saja meninggalkan kita baik secara terang-terangan ataupun secara pelan. Mengapa hal itu bisa terjadi ? banyak aspek  yang berpengaruh, namun biasanya faktor dominan adalah kurangnya kerendahan hati kita, saat kita berada di suatu lingkungan.
Rendah hati adalah sesuatu nilai yang kita tampilkan pada orang menggunakan ukuran versi kita yang ingin kita perlihatkan bahwa kita menyadari masih banyak hal yang harus kita pelajari dalam hidup, kita menyadari masih banyak keterbatasan-keterbatasan hidup yang kita miliki, Melalui proses belajar hidup kita terus mencari nilai bermakna bagi kita tanpa menapikan atau menyinggung orang-orang dillingkungan kita atau siapapun yang bertemu dengan kita. Seperti yang ditegaskan oleh fadli (2020) Sikap rendah hati bukan berarti memiliki pandangan buruk terhadap diri sendiri atau merasa rendah diri. Sebaliknya, rendah hati sebenarnya adalah representasi dari kebaikan dan kelembutan hati yang total. Dengan kerendahan hati yang kita miliki, kita menyadari hal itu sebagai salah satu sikap kita dalam berkehidupan sosial. Â Â Â
 Rendah hati berkelindan dengan tenggang rasa
Menyadari keterbatasan diri dan masih banyak hal yang harus kita pelajari adalah merupakan suatu hal yang wajib kita lakukan, apabila kita ingin menjaga hubungan baik dengan orang-orang di lingkungan kita. Hal yang patut kita sadari pula apabila kita memaksakan kelebihan-kelebihan nilai diri hidup kita dalam kehidupan sosial belum tentu nilai-nilai kelebihan tersebut cocok dan di terima oleh kelompok atau orang-orang sekeliling kita, kita akan dianggap tinggi hati atau sombong. Biasanya orang-orang sombong tidak banyak yang simpatik. Karena dianggap selalu berbeda dan selalu melihat kecil orang-orang disekelilingnya.
Konsep dan sikap rendah hati ini memiliki efek yang sangat berpengaruh pada lingkungan kita. Rendah hati dalam konteks tenggang rasa, ternyata memiliki benang merah yang terkait. Keduanya didasari oleh sikap positif kita dalam melihat siapapun orang-orang disekeliling kita, yang merujuk pada sikap empati dan kesadaran diri kita.
Rendah hati berakar dari kesadaran diri yang jujur akan keterbatasan dan kekurangan diri, serta pengakuan bahwa orang  lain memiliki kelebihan. Tenggang rasa berakar dari empati, kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Kedua sikap ini sama-sama membutuhkan kemampuan untuk melihat diri sendiri dan orang lain secara objektif, tanpa melebih-lebihkan atau merendahkan.
Orang yang rendah hati cenderung lebih mudah memiliki tenggang rasa, karena mereka tidak merasa lebih tinggi atau lebih penting dari orang lain. Sebaliknya orang yang memiliki tenggang rasa cenderung lebih rendah hati, karena mereka menyadari karena setiap orang memiliki hak untuk dihormati dan diperlakukan dengan baik. Jauh dari sikap sombong atau merendahkan orang lain. Karena mereka memahami bahwa hal itu dapat menyakiti perasaan orang lain.
Kita hidup didunia ini, walapun beragam dalam status, jabatan, peran dan posisi namun secara hakiki dihadapan Tuhan YME, kita semua sama sebagai mahluk ciptaanNYA yang dilihat dan  diukur hanyalah dari amal kebaikan kita.