Mohon tunggu...
Agus Samsudrajat S
Agus Samsudrajat S Mohon Tunggu... Dosen - Membuat Tapak Jejak Dengan Berpijak Secara Bijak Dimanapun Kaki Beranjak. http://agus34drajat.wordpress.com/

Public Health, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan @Wilayah Timur Khatulistiwa Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Muhammadiyah Sintang dan Teror 51% Anak yang Gagal Tumbuh (Stunting)

22 Januari 2020   00:40 Diperbarui: 22 Januari 2020   01:07 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stunting Kab.SIntang, Sumber: Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan

Sore hari kala itu saya dan adek-adek mahasiswa calon Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Universitas Muhammadiyah Kampus Sintang, sedang asyik melototin data dan berdiskusi data dari Kementerian Kesehatan 2018 saat kuliah dikelas dalam mempersiapkan kuliah lapang ilmu gizi dasar. Data itu adalah data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kalimantan Barat per Kabupaten terbaru atau terakhir yang hasilnya sudah bisa dikatakan sempat  membuat kami merasa terteror, terancam dan ketakutan meskipun kami akhirnya harus optimis.

Bagaimana tidak takut, jika anak anak didaearah kami yang usianya dibawah dua tahun lebih dari setengah atau 51,88% nya mengalami gagal tumbuh karena masalah gizi kurang atau yang biasa disebut dengan istilah stunting (anak dengan pertumbuhan tidak normal sesuai dengan umurnya yaitu sangat pendek dan pendek). 

Meskipun Sintang masih juah dari daerah yang bebas masaalah gizi, Presiden Jokowi telah direncanakan akan terjadwal berkunjungan ke Sintang dalam waktu dekat ini atas prestasi upaya penurunan Stunting  yang menurut data riskesdas 2013 hingga ke riskesdas 2018 dari 47,7% turun menjadi 33,15%, tapi jika dikategorikan bawah dua tahun (baduta) justru  menjadi ancaman yang mengerikan, karena secara ilmiah masa emas yang paling tepat upaya penyelamatan stunting adalah ketika 1000 Hari pertama kehidupan (1000 HPK) atau jika secara kurun waktu tahunan hanya ada pada masa 0-2 tahun.

Kabupaten Sintang memang unik, kabupaten bagian timur Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, yang 2019 lalu masih dikatakan pemerintah pusat daerah tertinggal adalah daerah yang luasnya bisa disamakan dengan 2/3 kali Jawa Tengah atau 4 kali lipatnya Pulau Bali. Dengan mayoritas akses sehari-hari warga adalah jalan darat tanah kuning, rawa dan sungai. Sedangkan desa terjauh dihulu dan hilir bisa ditempuh 2-3 hari perjalanan darat atau sungai dari pusat Kota Kabupaten Sintang. 

Secara fisik masalah stunting dalam pandangan awam dan awal kita tidak akan banyak berpengaruh untuk masa depan. Tetapi ternyata setelah dilihat secara ilmiah, pengaruh stunting bukan hanya kepada bentuk dan sel-sel otak manusia,

Stunting berdampak pada kinerja otak atau tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan. saya kira akan jadi sesuatu yang tidak normal jika kita tidak merasa takut dan waspada untuk menghindarinya, sehingga wajar jika hal itu membuat kita menjadi terteror oleh data ilmiah yang bisa mengancam masa depan generasi emas di Sintang tidak terkecuali generasi emas Muhammadiyah dan Indonesia juga. 

Dampak Stunting, sumber: paparan Bappenas
Dampak Stunting, sumber: paparan Bappenas

Dampak Stunting, Sumber: Paparan Kemenkeu
Dampak Stunting, Sumber: Paparan Kemenkeu

"Lalu apa yang bisa kita berikan dan lakukan?" itu pertanyaan singkat saat sesi persiapan kuliah lapang ilmu gizi dasar dikelas yang sengaja saya lontarkan ke Mahasiswa Muhammadiyah Sintang agar mau tergerak dan minimal ikut berfikir syukur beraksi secara berkelanjutan membantu permasalahan dilingkungan sekitar kita. 

Meskipun baru calon Sarjana SKM semester tiga, saya salut dan cukup bangga dengan mereka, sebagai kader cendekiawan dalam nauangan Muhammadiyah Sintang  yang dalam gerakan aksi nyata ikut berkontribusi langsung secara sukarela dengan kreatifitas-kreatifitas mereka sendiri mengatasi masalah yang terjadi disekitar tempat tinggal mereka.

Artinya mereka sudah faham akan esensi beragama dan berilmu yang mereka gali selama ini harus diupayakan bisa memberikan dampak positif bukan hanya untuk dirinya sendri tetapi juga untuk sesama dan lingkungan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun