Mohon tunggu...
Agus Samsudrajat S
Agus Samsudrajat S Mohon Tunggu... Dosen - Membuat Tapak Jejak Dengan Berpijak Secara Bijak Dimanapun Kaki Beranjak. http://agus34drajat.wordpress.com/

Public Health, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan @Wilayah Timur Khatulistiwa Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potensi Laut, Solusi Gizi yang Terkucilkan

25 September 2017   00:48 Diperbarui: 25 September 2017   20:52 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sabtu 23 September 2017 lalu Indonesia memperingati Hari Maritim Nasional. Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran atas momentum perayaan dan potensi maritim kita. Dunia mengakui bahwa Indonesia kaya akan potensi maritim atau sumber daya laut. Hal itu terbukti dengan tingginya angka pencurian ikan dari negara-negara asing diwilayah perairan laut Indonesia. Potensi kekayaan laut Indonesia berupa berbagai jenis ikan, udang, cumi, kepiting, rumput laut, terumbu karang, makhluk hidup lainya yang bisa menjadi salah satu sumber kekayaan kebutuhan pokok manusia akan kebutuhan asupan nutrisi dan pangan sehari-hari.  

Potensi Laut dan Masalah Nutrisi

Tetapi sayang, sumber daya laut yang begitu kaya dan besar tersebut belum bisa dimaksimalkan dan terkesan terakucilkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai kebutuhan konsumsi dan asupan nutrisi yang cukup penting bagi masyarakat. Beberapa data Kementerian Kelautan dan Perikanan mengungkap masih rendahnya konsumsi pangan atau nutrisi masyarakat melalui hasil laut seperti ikan. Faktanya menurut hasil pemantauan status gizi 2016 Kementerian Kesehatan, Indonesia mengalami statur darurat msalah gizi. Baik masalah gizi berupa gizi buruk, gizi kurang, anak pendek, anak kurus dan anak gemuk. Masalah gizi ini terjadi cukup luas, mencapai 400 lebih kabupaten dan kota Indonesia memiliki masalah gizi diatas standar minimal World Health Organization.

Analisis databox.katadata.co.id menyebutkan menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia menjadi negara terbesar kedua produksi perikanan tangkap sebesar 6 juta ton pada 2014. Bahkan Indonesia menjadi negara terbesar untuk produsen jenis ikan Kakap di dunia. Peringkat pertama ditempati oleh Cina dengan kemampuan produksi mencapai 14 juta ton pada 2014. Tingginya kemampuan produksi Cina karena di dukung oleh penggunaan kapal yang bertonase besar sehingga mampu mengeksplorasi wilayah laut lebih luas. 

Indonesia berada di peringkat kedua dengan menguasai 10 persen hasil perikanan dunia setelah negara Cina. Angka konsumsi dibanding penyediaan ikan di Indonesia masih terbilangcukup rendah. Data dari Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Budidaya, dan Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan dalam rentang 2010-2014 angka konsumsi ikan selalu di bawah persediaan ikan yang ada. Rata-rata angka konsumsi di bawah 38 kilogram per kapita, sedangkan angka persediaan dapat berkisar 38 hingga 51 kilogram per kapita.

Rendahnya konsumsi ikan disebabkan beberapa faktor antara lain, infrastruktur yang membatasi cakupan distribusi ikan hingga masih rendahnya diversifikasi produk perikanan. Selain lebih rendah dari jumlah persediaan, angka konsumsi ikan Indonesia juga lebih kecil dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara. Konsumsi ikan Indonesia memang terus meningkat tetapi data Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2011 mencatat angka konsumsi ikan Indonesia masih di bawah Malaysia, yakni 58,1 kilogram per kapita, Myanmar seberat 55 kilogram per kapita, maupun Vietnam sebanyak 33,20 kilogram per kapita. Padahal jumlah penduduk Indonesia jauh lebih besar dibandingkan negara tetangga tersebut. 

Pemerintah berharap konsumsi ikan nasional pada 2019 ditargetkan mencapai 54,5 kilogram per kapita per tahun atau rata-rata meningkat 7,3 persen periode 2016-2019. Pada 2015 konsumsi ikan masyarakat mencapai 41,1 kg per kapita per tahun, berhasil melampaui yang ditargetkan sebesar 40,9 kg per kapita per tahun. Kemudian, pada 2016 konsumsi ikan nasional ditargetkan akan naik 6,74 persen menjadi 43,88 kg per kapita per tahun.

Hasil penelitian yang dirilis Dinas Pertanian Kota Magelang menunjukkan, ikan mengandung protein yang berkualitas tinggi. Protein dalamikan tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Selain itu protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorpsi. Selain ikan memang daging unggas, telur,susu, merupakan bahan makanan sumber protein yang berkualitas tinggi. Asam-asam amino yang dikandungnya cukup banyak dan bervariasi sesuai yang dibutuhkan tubuh. Para ahli menemukan, komposisi asam-asam amino dalam bahan makanan hewani sesuai dengan komposisi jaringan di dalam tubuh manusia. Oleh karena ada kesamaan antara protein dari ikan, daging, susu, unggas, dan telur mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ikan mengandung 18 % protein terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1-20 % lemak yang mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah.

Rekomendasi Solusi

Atas permasalahan dan potensi tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk memanfaatkan potensi laut menjadi salah satu solusi upaya mengatasi masalah gizi Indonesia. Dalam setiap pertemuan agenda rutin Persakmi (Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia) di harapkan Indonesia bisa mengikuti jejak Jepang yang berhasil memperluas distribusi ikan dan perilaku pola konsumsi ikan melalui kebijakan-kebijakan yang bersahabat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Persakmi juga menekankan kepada setiap pengurus daerah maupun anggotanya untuk membantu dan mengawal penguatan kebijakan masalah Gizi. Salah satunya adalah kebijakan pangan berbasis potensi lokal.

Sebagai contoh kebijakan konsumsi ikan di Jepang sudah dimulai sejak era 1960-1970. Selain kebijakan distribusi dan pola konsumsi, kebijakan untuk menjaga mutu dan meningkatkan inovasi berbagai olahan ikan yang sehat ikut menentukan peningkatan daya tarik masyarakat dalam mengkonsumi Ikan. Hasilnya negara jepang termasuk negara yang memilki nutrisi yang baik, minim masalah gizi dan indeks ketahanan pangan yang cukup baik.

Melihat perkembangan Indonesia melalui Indeks Pembangunan Manusia yang semakin baik dan menurunya angka kemiskinan dan kesenjangan masyarakat berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Menjadi sebuah peluang untuk bisa meningkatkan pola konsumsi pangan sebagai upaya mengatasi masalah gizi masyarakat. Daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih pendek daripada serat-serat protein dagingsapi atau ayam. Oleh karena itu ikan dan hasil produknya banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan pencernaan sebab mudah dicerna. Vitamin yang ada dalam ikan juga bermacam-macam, yaitu vitamin A, D, Thiamin, Riboflavin,dan Niacin. Ikan juga mengandung mineral yang kurang lebih sama banyaknya dengan mineral yang ada dalam susu seperti kalsium, phosphor, akan lebih tinggi dibandingkan dengan susu. Ada dua kelompok vitamin dalam ikan yaitu larut dalam air dan larut minyak. Yang larut dalam minyak yaitu vitamin A dan D, yaitu dalam minyak ikan. 

Persakmi sangat terbuka dan konsen dengan masalah perilaku yang berdampak kepada kesehatan masyarakat dan masalah gizi. Salah satu komitmennya adalah meningkatkan pendayagunaan tenaga kesehatan masyarakat di setiap sektor dan lini dalam meningkatkan gizi masyarakat melalui konsumsi pangan yang sehat. Salah satu pangan sehat tersebut adalah potensi kekayaan alam sekitar yaitu ikan laut. Persakmi juga siap menyediakan sumber daya berupa tenaga dan pemikiran untuk membantu dan mengawal setiap kebijakan dan masyarakat dalam perubahan perilaku yang kurang sehat ke perilaku yang lebih sehat. Semoga hal ini membuat kita bisa lebih memaksimalkan kekayaan potensi laut sebagai sumber kekuatan dan solusi mengatasi krisis nutrisi dan masalah gizi masyarakat.

Agus Samsudrajat S

Pemerhati Kesehatan Masyarakat
Divisi Media PH 2.0 Persakmi (Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun