Semua itu dilakukan sebagai jalan untuk merajut kembali rasa persaudaraan di antara sesama umat manusia (ukhuwwah basyariyah) dan persaudaraan sebangsa setanah air (ukhuwwah wathaniyah). Tentu setiap orang -- walau sekecil apapun, pernah berbuat salah maupun khilaf.
Dalam kitab-kitab fiqih dijelaskan bahwa jikalau kita melakukan kesalahan kepada sesama manusia, maka kita diharuskan meminta maaf secara langsung kepadanya sekaligus meminta ridha (keikhlasan, kerelaan hati).
Dalam tradisi urang Banjar yang pada umumnya dipahami dan berlaku di wilayah Kalimantan Selatan, ada ungkapan dalam bahasa setempat yang berbunyi demikian, "Barelaan barataan, ulun minta halal, minta maaf, minta ridha."
Ungkapan di atas kurang lebih hendak mewakili permintaan maaf seseorang kepada orang lain, baik disampaikan secara pribadi maupun kepada kelompok tertentu. Dan ungkapan adiluhung ini dapat kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari di tengah kehidupan masyarakat Banjar.
Dalam praktiknya, ungkapan di atas akan kita jumpai dalam beberapa variasi susunan kata yang tidak selalu sama persis dalam penyajiannya. Ungkapan bernada serupa bisa disampaikan dalam kalimat, "Minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal".
Dam ungkapan di atas diucapkan oleh urang Banjar dalam kesehariannya, jadi tidak menunggu datangnya momentum Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Idul Adha. Sebuah kekayaan tradisi yang semestinya dapat dihidupi juga oleh segenap masyarakat di Indonesia --Â yang dikenal kaya akan tradisi dan kebudayaannya masing-masing.
Memaafkan Adalah Bagian Akhlak Mulia
Kepada umatnya Rasullulah SAW mengajarkan bahwa memaafkan sesama merupakan bagian dari akhlak mulia seseorang.
Sejarah mencatat, meskipun Rasullulah SAW pernah mengalami berkali-kali penyiksaan, percobaan pembunuhan, pengkhianatan, dan serangkaian rencana jahat dari kaum kafir; namun beliau tidak pernah mendendam. Manusia berakhlak mulia ini justru memaafkan semua kesalahan orang-orang yang bersalah kepada beliau.
Allah SWT memerintahkan Rasullulah SAW untuk memaafkan orang-orang musyrik atas tindakan mereka yang telah menyakiti dan mendustakan beliau.  Sebab, Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang berbuat kebajikan dan memaafkan. ''Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.'' (QS: asy-Syuura; 43).
Allah SWT menjanjikan pahala kepada orang yang mau memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain yang telah berbuat jahat kepadanya.