Demikian pula sesaat sebelum bukber virtual berlangsung, penyelenggara acara bisa mengundang seorang kyai, ustaz, atau ustazah untuk memberikan siraman rohani. Komunikasi di antara para peserta bukber virtual dapat tetap terjalin satu sama lain.
Memang selama pelaksanaan bukber virtual, ramainya canda dan tawa anak-anak yang bisanya bermain bersama di sela-sela acara bukber, tidak akan kita temukan. Meskipun anak-anak kita masih dapat saling sapa dan menebar canda-tawa, namun jarak yang membatasi tidak memungkinkan mereka untuk bersenda-gurau dan bermain bersama usai acara. Sebuah pemandangan yang lazim kita saksikan sebelum pandemi terjadi.
Yang di bulan suci Ramadan ini, sebagian dari masyarakat kita lebih memilih untuk melakukan bukber tatap muka; meskipun sebenarnya daerahnya masih termasuk dalam zona merah atau oranye berdasarkan data jumlah kasus Covid-19 terkini. Bahkan ada warga yang mulai abai dengan penerapan protokol kesehatan di lapangan.
Tapi apapun yang terjadi, semoga masyarakat kita dapat semakin sadar dan memahami bahwa dengan masih berlangsungnya pandemi Covid-19 hingga hari ini, maka sebenarnya hal tersebut menandakan bahwa partisipasi dan sumbangsih semua pihak masih sangat diperlukan untuk sama-sama berperan secara nyata memutus rantai penyebaran virus ini.Â
Harapannya sudah jelas dan pasti, kiranya di tahun 2022 mendatang kita tidak lagi menjalani bulan suci Ramadan di tengah pandemi.
Banjarmasin, 25 April 2021