Mohon tunggu...
I Gusti Agung Sri Wirananda
I Gusti Agung Sri Wirananda Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer, Pemerhati Sosial, Musisi.

Realist yang Idealist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumpah Pemuda: Resolusi Indah nan Puitis atau Sekadar Janji Manis?

28 Oktober 2021   17:57 Diperbarui: 28 Oktober 2021   18:02 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Berikan aku 1000 orang tua, maka akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". 

Mungkin kutipan dari Ir. Soekarno tersebut dapat mendeskripsikan betapa kuatnya tekad dan semangat para pemuda yang memiliki potensi untuk membebaskan jutaan beban yang dipikul oleh bangsanya. 

Lahir dimasa kolonialisme yang selama berabad-abad kokoh berdiri, para pemuda di masa lalu harus menerima kenyataan bahwa selama ini mereka tertindas di tanah kelahirannya sendiri.

Tetapi, bukan pemuda namanya jika kehabisan harapan, penindasan yang terus menerus terjadi menjadi sebuah stimulus untuk berkontemplasi menyusun sebuah gagasan. 

Hal tersebut juga didukung ketika politik etis atau politik balas budi diterapkan, pemuda-pemuda elit yang mendapatkan kesempatan untuk belajar, kelak membawa berbagai pengetahuan politik barat mengenai kebebasan dan demokrasi sebagai asupan pelengkap alat perjuangan. 

Berbagai pengetahuan tersebut telah mendorong mereka untuk menyerukan gema persatuan yang dapat terlihat dari terbentuknya berbagai organisasi dan perserikatan. 

Setelah perjalanan perjuangan yang panjang, akhirnya para pemuda dari beragam organisasi dan perserikatan diberbagai belahan bumi nusantara memutuskan bersatu untuk menuangkan semua ide dan gagasan mereka dalam rangka membangun bangsanya dari keterpurukan akibat kesengsaraan penindasan. 

Tanggal 28 Oktober 1928 menjadi titik tumpu digaungkannya "Sumpah Pemuda" oleh berbagai pemuda bangsa yang terdiri dari beragam latar belakang sosial, kedaerahan, suku, dan agama. 

Rumusan sumpah pemuda berasal dari tulisan resolusi indah nan puitis, buah pemikiran Muhammad Yamin yang kemudian disepakati menjadi sebuah ikrar persatuan berisikan tiga baris pengakuan pemuda Indonesia, yakni :

Pertama, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kedua, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Ketiga, Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Hari ini, 28 Oktober 2021, tepat 93 tahun sejak ikrar itu dibumikan, kolonialisasi dan imperialisasi tidak lagi merajalela di negeri ini, namun seakan ada yang berbeda dengan semangat perjuangan pemuda hari ini. 

Yang katanya satu tumpah darah, nyatanya mulai saling mengeksklusifkan diri dan malah saling menghujat satu sama lain hanya karena berbeda pendapat. Yang katanya satu bangsa, nyatanya mulai perlahan meninggalkan tradisi luhur bangsa dan cenderung mengarah ke gaya hidup hedonis barat. Yang katanya satu bahasa, saat ini lebih paham bahasa slang dibandingkan bertutur kata sopan menggunakan kosa kata bahasa Indonesia. 

Ada apa dengan pemuda Indonesia hari ini ? Apa ini yang dianggap sebagai suatu kebebasan ? Apakah dengan cara melupakan sejarah dan tidak lagi mengindahkan perjuangan pemuda dimasa lalu? Apakah peringatan hari sumpah pemuda yang diadakan setiap tahunnya telah berubah konsepsi dari sebuah ikrar nan sakral menjadi sekedar janji manis ? 

Sadarlah wahai pemuda, sumpah pemuda bukanlah sekedar penyamaan persepsi dan visi diantara pemuda Indonesia, lebih dari itu sumpah pemuda adalah sebuah konsensus besar yang dibentuk oleh para pemuda nusantara dengan mengorbankan darah, keringat, dan air mata dalam perjuangannya. 

Dimasa sekarang pun, sebagai pemuda, kita akan diperhadapkan dengan berbagai situasi, musuh, tantangan, dan perkembangan lingkungan yang berbeda berdasarkan dinamika kebangsaan yang terjadi saat ini. 

Maka dari itu, sebagai generasi pemuda Indonesia, kita harus memaknai peristiwa sumpah pemuda sebagai momentum refleksi diri agar mampu membawa semangat persatuan dan menyelamatkan bangsa ini dari jurang perbedaan. Karena sejatinya perbedaan bukanlah pemecah belah, melainkan sebuah sintesa pembentuk peradaban yang megah. 

Tugas kita sebagai pemuda saat ini bukan lagi untuk merumuskan perjuangan, tetapi tugas kita adalah meneruskan perjuangan, walaupun dalam perjuangan ini kita akan tertatih-tatih, niscaya pada akhirnya kita akan tetap berjaya di bawah naungan Merah-Putih.

Selamat Hari Sumpah Pemuda !! Bersatu, bangkit, dan tumbuhlah !!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun