"Aja ngrokok! Bila belum kerja." kata ayahku.
Maklum memang ayah rajin setiap usai makan, atau istirahat di sela  pekerjaannya dengan membakar rokok. Tak marem bila tanpa rokok. Pasal yang digunakan untuk memperkuat opininya.Â
Mendapat rambu itu. Menjadi sebuah jeda untuk  ingatkan bahwa kegiatan ini butuh bea.
 "Ini sebuah tantangan!"Batinku.
Padahal harus bisa menembus limit itu. Dan ternyata sulit. Kerja sih kerja tapi belum ada hasil. Maklum masih SMA sehingga kerja paling membantu urusan ringan saja. Dan imbalan cukup buat beli es teh.Â
"Ayo ngrokok!" ajakan kawan. Yang ini paling kuat daya tariknya. Karena di area ini dengan segala dalih digunakan agar mau. Mulai dari tak gagah, tak jantan dan lainnya.Â
"Gratis!" Seorang lagi dari kawan memberikan layanan tanpa bea. Dan berulang-ulang. Maklum ia anak orang berada.Â
Yha akhirnya juga sempat tergiur iklannya.Â
"Ngombyongi!"BatinkuÂ
Ternyata ada pemantau yang melihatku.Â
"Kakak tadi ngrokok!"