Mohon tunggu...
Agung Setiadi
Agung Setiadi Mohon Tunggu... -

Menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Harus Ahok?

8 Maret 2017   20:46 Diperbarui: 8 Maret 2017   20:53 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“ Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”

[Al Maa-idah 8]

Sebenarnya membuat tulisan tentang politik  bukan keahlian saya. Mengingat latar belakang saya adalah orang yang menekuni teori-teori ekonomi  dari makro sampai mikro. Tapi apa boleh buat, saya yang sama sekali kurang tertarik ke dunia politik akhirnya terpaksa masuk juga dalam pembahasan politik karena beberapa teman di lingkungan saya hampir setiap hari sering membahas politik khususnya Pilkada DKI.

Alasan tertarik untuk ikut serta nimbrung ngobrol Pilkada DKI karena isu yang bermunculan sangat beragam. Dari mulai masalah isu agama, etnis dan lain sebagainya. Selain itu, saya juga menilai pilkada DKI itu lebih seksi jika dibandingkan dengan pilkada-pilkada lainnya di Indonesia dan Jakarta adalah barometer Indonesia. Selain saya, sebenarnya banyak juga teman yang satu pendapat dengan saya tapi mereka lebih memilih diam dan tidak mau menghabiskan energi hanya untuk berdebat dengan orang-orang yang tidak mau melihat kebaikan Ahok. Pilihan saya jatuh ke Ahok bukan tanpa alasan, tapi saya ada beberapa pertimbangan.

Pertama, Ahok berhasil merealisasikan beberapa proyek yang mangkrak. Salah satunya adalah proyek MRT. Saya menangkap, bahwa Ahok menyadari betul kemacetan di Jakarta adalah momok jika tidak segera ditangani akan menjadi penyakit yang semakin akut. Oleh sebab itu, selain Transjakarta angkutan massal berupa MRT harus segera diwujudkan.

Ketiga,Ahok mampu merivitalisasi lokalisasi Kalijodo menjadi tempat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Pada awalnya memang banyak yang memprotes bahwa penggusuran Kalijodo tidak manusiawi. Tapi setelah revitalisasi dilakukan saya mulai sadar bahwa kawasan Kalijodo sekarang berubah drastis dan lebih humanis. Banyak sekali kita jumpai masyarakat yang memanfaatkan tempat tersebut saat ini untuk bermain dan menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Saya pun merasa senang.

Keempat,Ahok adalah sosok yang tegas. Sebagai ibu kota, jakarta bisa dibilang kota yang keras. Bahkan ada ungkapan “Jakarta lebih kejam dari ibu tiri”, saya kira ungkapan tersebut ada benarnya. Dengan kondisi seperti ini, tentu saja Jakarta butuh seorang pemimpin yang tanpa tedeng aling-aling.

Kelima,saya melihat Ahok bukanlah sosok yang tidak cinta Islam. Beliau merupakan sosok yang peduli terhadap agama Islam. Hal ini terbukti dengan diberangkatkannya ratusan Marbot DKI untuk pergi umroh. Bahkan hubungan Ahok dengan almarhum Gus Dur sangat begitu dekat. Saking dekatnya, pada tahun 2007 Gus Dur berkunjung ke Bangka Belitung sewaktu Ahok mencalonkan diri sebagai Gubernur Babel.  Tidak hanya berkunjung, pada kesempatan tersebut Gus Dur juga ikut mendampingin Ahok melakukan kampanye. Dalam kampanye Ahok saat itu, Gus Dur mengutip salah satu ayat Al-Quran tentang penciptaan laki-laki dan perempuan, serta menjadikan manusia dengan beragam suku dan bangsa.

Bahkan karena keberhasilan Ahok membangun DKI tersebut, Malaysia pada 10 Oktober 2016 mengirim delegasi untuk belajar ke DKI. Terutama terkait bagaimana cara Ahok menangani masalah perumahan untuk warga yang tak mampu.

Bagi saya kerja nyata itu penting dan di situ kualitas seorang pemimpin terbukti. Terima kasih dan wassalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun