Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Bapak Kaum Minoritas

27 Januari 2023   13:53 Diperbarui: 27 Januari 2023   14:14 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang warga Indonesia keturunan Tionghoa yang kini telah mendapat izin menetap di Amerika Serikat (AS) sejak 99 mengenang Gus Dur sebagai muslim berhati malaikat. Dia dan keluarganya adalah salah satu pihak yang eksodus saat Jakarta kacau karena resesi dan demo menuntur reformasi.

Dia memang tidak bisa menikmati reformasi namun cukup senang melihat perkembangan Indonesia dai waktu ke waktu, terutama pada masa awal reformasi dimana banyak hal berubah dan menjadi lebih menyenangkan bagi minoritas. Tapi sangat sedih mendengar perkembangan plurlisme kita sepuluh tahun setelahnya.  

Gus Dur adalah malaikat baginya. Saat beliau menjadi presiden Gus Du mengubah banyak hal, Dia menghapuskan diskriminasi atas kaum minoritas. Orang keturunan Tionghoa diperbolehkan merayakan Imlek , malah menjadi hari besar bagi Indonesia. Adat istiadat ini ala Tionghoa ini memang dilarang dirayakan pada masa Orde Baru malah waktu itu Orde baru mengeluarkan Inpres no 14 tahun 1967 tentang pelarangan penyelenggaraan kegiatan tradisi bagi ketuunan Tionghoa.

Ini yang kemudian dipatahkan oleh Gus Dur dengan Keppres no 6 tahun 2006 (Keppres ini menang terbit setelah Gud Sur tidak lagi jadi Presiden, namun pemakrasanya adalah Gus Dur. Dengan ini penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat Cina dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus sebagaimana berlangsung selama ini," demikian bunyi penggalan Keppres 6/2000, dikutip dari laman jdih.setkab.go.id. Tak hanya itubeliau juga membuat agama Kong Hu Chu yang dianut oleh banyak orang Tiong hoa sebagai salahsatu agama resmi di Indonesia.

Karena itu setiap perayaan Imlek dan perayaan hari besar Kong Hu chu, beberapa pihak juga mengenang Gus Dur. Perayaan itu dan kenangan akan Gus Dur seakan mengingatkan bagi semua pihak untuk mewujudkan persamaan keadilan dan menolak diskriminasi," Sehingga banyak orang yang mengenang dan menyebut Gus Dur sebagai bapak Tionghoa.

Ini tentu satu teladan bagi kita semua. Seorang Kyai dan ulama besar dengan besar hati mau merangkul dan menaruh kaum minoritas sebagai kaum yang sama dengan yang lain. Ini sikap pluralisme yang seharusnya dimiliki oleh banyak orang di Indonesia.

Belajarlah dari Gus Dur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun