Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demokrasi dalam Koridor Berbangsa

8 Januari 2021   20:48 Diperbarui: 8 Januari 2021   20:54 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai negara demokrasi, kita bersyukur bahwa kita punya demokrasi Pancasila dan demokrasi itu berjalan dengan baik, meski dengan perjalanan berliku. Kita pernah mengalami demokrasi terpimpin pada masa Orde Lama dan suasana represif dan milteristik saat Orde Baru berkuasa selama 32 tahun.

Reformasi yang terjadi pada masa krisis ekonomi Asia pada tahun 1997-1998 memang membangunkan kita dari tidur yang sangat panjang. Dominasi milter pada nyaris semua lini kehidupan berbangsa menjadi luruh dan tidak berarti lagi. Juga nepotisme dan korupsi yang terstruktur menjadi sangat sulit berkembang pada masa reformasi.

Era keterbukaan berpendapat (meski berbeda) dan keberagaman kian mendapat tempat. Tentu saja perbedaan dan keberagaman di sini masih dalam koridor kebangsaan termasuk sesuai dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Partai politik bermunculan sesuai dengan kehendak rakyat, sehingga tak jarang hal itu membuat sedikit rumit dan ongkos politik menjadi besar.

 Pada masa itu pres mulai bebas berpendapat dan menjamur dan ide-ide baru dari berbagai komponen bangsa ikut didengar.  Bahkan banyak negara maju dan berkembang memuji Indonesia karena memperlihatkan wajah demokrasi yang relatif baik.

Hanya saja memang ada beberapa hal mengganjal dalam kehidupan berbangsa dan berneragara kita, di balik wajah demokrasi kita itu. Antara lain demokrasi yang kebablasan dan beebraoa komponen bangsa seperti ormas yang meresahkan bahkan menyimpang dari falsafah negara kita. 

Kita ingat semisal beberapa ormas yang tidak mengakui Pancasila dan UUD 1945 tidak bisa lagi tumbuh dan berkembang di negara kita yang bhineka ini. Ideologi khilafah sangat bertentangan dengan kondisi bangsa kita yang tidak hanya mengenal satu agama namun beberapa agama bahkan ratusan aliran kepercayaan. 

Karena bagaimanapun kita tidak bisa meninggalkan sejarah kebhinekaan kita; dari Sabang sampai Merauke yang berbeda. Kita tidak bisa hanya mendahulukan satu agama saja sementara banyak hal yang menyertai bangsa kita ini.

Inilah alasan mengapa kehadiran Ormas di negeri bhinneka ini harus tetap dikontrol dan diawasi oleh negara. Apalagi, dewasa ini kemunculan Ormas yang meresahkan masyarakat, bertentangan dengan Pancasila, dan memecah belah bangsa kian marak.

Bagaimanapun demokrasi yang diharapkan bangsa kita adalah demokrasi yang selaras dan bertanggung jawab, sehingga apapun yang ingin kita buat, entah itu media massa, ormas, lembaga pendidikan dan lain sebagainya haruslah dalam koridor berbangsa dan bernegara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun