Gerindra memiliki kursi lebih banyak di DPRD DKI dibanding PKS, sementara bergabungnya partai tersebut di tingkat pusat dengan koalisi pemerintah pasti berpengaruh signifikan.Â
DKI harus dapat mereka "kendalikan" dengan menempatkan kadernya untuk mendampingi Anies Baswedan.
Meskipun jatah wagub DKI sebenarnya jatah PKS, pengamat politik Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin mengatakan bahwa kesempatan itu tampaknya akan hilang (Liputan6.com, 22/1/2020).
Menurut Ujang selain faktor popularitas calon, gaya komunikasi PKS yang kurang disukai internal DPRD DKI akan mempersulit langkah Nurmansyah.
Bagi Anies, memang lebih enak berpasangan dengan Nurmansyah karena posisinya cenderung lebih superior. Sementara, menghadapi Riza Patria tentu lain; terbitnya matahari kembar di Pemprov DKI bisa-bisa terjadi.
Pertengkaran Pemprov DKI dengan pusat terkait penanganan banjir dan polemik revitalisasi kawasan Monas pasti membuat koalisi Jokowi berpikir bahwa sumber persoalan harus dikontrol sejak dari hulunya.
Dengan posisi Ahmad Riza Patria sebagai wagub, proses pengambilan keputusan di DKI akan lebih transparan bagi koalisi petahana sehingga dapat dicegah agar tidak tidak berbenturan dengan agenda pelaksanaan program-program mereka.
Anies minim dukungan parpolÂ
Keputusan parpol pengusung untuk memilih Anies dalam pilkada lalu lebih berdasarkan pada kepentingan sesaat untuk mencegah Basuki Tjahaja Purnama menduduki kursi DKI 1. Tujuan itu sudah tercapai.
Saat ini partai yang relatif masih dapat menerima Anies apa adanya kelihatan hanya PKS saja. Hal itu bisa menjadi pertimbangan bagi Anies kelak untuk masuk menjadi kader agar dapat memperbaiki posisi politiknya.